Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyebab Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro Rawan Kebakaran Hutan

7 Oktober 2015   12:49 Diperbarui: 7 Oktober 2015   13:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gambar via mongabay.co.id

Bencana kebakaran hutan di Indonesa nyatanya tak hanya terjadi di sekitar hutan lebat Provinsi Jambi, Riau, Sumatera Selatan serta sebagian besar Kalimantan saja. Di Jawa, dampak kemarau panjang pun bisa kapan saja memercikkan api lalu merembet ke alang-alang dan membakar hutan. Terutama hutan-hutan yang ada di sekitar lereng gunung. Seperti yang terjadi di Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Beberapa waktu lalu, asap putih pekat akibat kebakaran hutan nampak membubung dari hutan di lereng Gunung Sindoro. Dilansir dari laman Mongabay, kala itu sinar matahari terasa amat menyengat menyinari terang puncak Gunung Sindoro. Dari sebuah desa di Kecamatan Kerek, kabupaten Wonosobo dapat terlihat tumpukan hutan gersang yang mewarnai punggung Gunung Sindoro hingga nampak dominan kecokelatan. Gersangnya hutan Sindoro akibat musim kemarau berkepanjangan inilah yang sudah memicu kebakaran hutan selama berhari-hari.

Bahkan beberapa hari sebelum kebakaran hutan melanda Gunung Sindoro, Mongabay pun mencatat terjadi pula kebakaran hutan yang cukup besar di area hutan Gunung Sumbing. Asap pekat akibat kebakaran huta terlihat membubung di wilayah petak 2A Dusun Parongan, Desa Sukomakmur, Kajoran, Magelang. Puluhan titik api yang tidak terkendali pun terlihat menyebar luas hingga ke Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, juga menyebar ke Desa Dampit, Kecamatan Windusari. Hampir seminggu lebih kebakaran hutan membakar lereng hutan di Gunung Sumbing. Diperkirakan ada lebih dari 200 hektare lahan hutan yang terbakar habis.

Ketika musim kemarau panjang seperti yang terjadi sekarang ini, hampir setiap tahunnya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang terletak di tiga Kabupaten yakni Wonosobo, Magelang, dan Temanggung selalu terbakar. Berikut adalah 2 penyebab mengapa Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro rawan kebakaran hutan?

1. Penyebab kebakaran di Gunung Sindoro dan Sumbing terkadang karena ulah para pendaki

Tak bisa dipungkiri, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing adalah 2 gunung favorit para pendaki. Terkadang api sengaja dibuat para pendaki untuk menghangatkan badan dalam dinginnya pendakian menuju puncak gunung. Namun ketika turun meninggalkan puncak, api lupa dimatikan atau tak sepenuhnya padam meninggalkan bara api unggun yang masih menyala, akhirnya api pun meluas dan terjadi kebakaran hutan.

2. Kebakaran di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro terkadang akibat kelalaian warga sekitar

Terkadang pula warga sekitar ada yang membakar sampah dan tak sadar apinya terbawa angin dan membakar dahan serta ranting kering di hutan lereng-lereng Gunung Sindoro-Gunung Sumbing. Tak bisa dimungkiri, kebakaran hutan di lerneg-lereng Gunung di wilayah Jawa selalu terulang tiap tahunnya. Kondisi kemarau panjang membuat ranting pohon kering dan sangat rawan terbakar. (cal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun