Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Shelter Rohingya di Aceh: Refleksi Kemanusiaan Indonesia

19 Juni 2015   18:45 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita tentang etnis Rohingya, adalah kisah tentang ratusan ribu orang di negeri Arakan Myanmar yang kenyang akan hantaman penderitaan, penindasan serta tindakan pemiskinan akibat tak adanya pekerjaan dan hak hidup yang layak selama puluhan tahun.

Rohingya telah melakukan perjalanan ilegal selama tiga dekade terakhir. Penindasan oleh kaum mayoritas etnis Buddha di Rakhine telah memaksa mereka melakukan eksodus besar-besaran. Tujuannya hanya satu, mencari kehidupan yang lebih layak di seberang Teluk Bengal dan Laut Andaman.

Namun, keluar dari Rakhine Myanmar nyatanya bukanlah pilihan tepat yang seketika memutus penderitaan mereka. Terkatung di tengah laut, diusir oleh tentara penjaga perbatasan laut Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Hingga terperosok dalam jurang penyiksaan kelompok perdagangan manusia serta serangan penyakit ganas di tengah hutan lebat perbatasan Thailand-Malaysia.

Sebelum kisah heroik penyelematan orang Rohingya oleh nelayan lokal Aceh beberapa waktu silam, kisah tentang Rohingya tak pernah luput dari putaran perjalanan pedih itu. Ditindas di Rakhine, mati sia-sia dalam perjalanan ilegal di tengah laut, atau penyiksaan dan mati karena penyakit di tengah perjalanan penyelundupan di hutan belantara Thailand.

Namun apa yang diberikan masyarakat Aceh sebulan lalu betul-betul berbeda. Alih-alih dibuang atau diusir kembali keluar dari tanah Darussalam Aceh, ribuan pengungsi Rohingya malah diterima dengan sangat baik, disambut, dilayani bagaikan tamu istimewa yang sengaja dikirimkan Allah untuk dimuliakan. Bahkan bersama dengan kontribusi langsung masyarakat serta pemerintah Aceh, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap berada dalam garda terdepan, berinisiatif membangun hunian atau shelter yang layak dan terintegrasi bagi seribu lebih orang Rohingya di Aceh Utara.

Penampungan terintegrasi atau Integrated Community Shelter Rohingya kini masih dalam proses pembangunan. Sesuai dengan rencana, akan dirampungkan pada minggu ke dua bulan ramadhan. Shelter berjumlah 120 unit terdiri dari blok perempuan, blok laki-laki, dan blok khusus dihuni anak-anak dan keluarga. Tak luput pula disediakan fasilitas terintegrasi yang layak seperti taman, fasilitas ibadah, layanan kesehatan, pendidikan, bahkan aula besar untuk ruang pertemuan.

Berdasarkan paparan ACT, pembangunan shelter seharga milyaran rupiah itu merupakan bukti nyata adanya kolaborasi kemanusiaan yang hidup dan efektif yang digerakkan langsung oleh masyarakat Indonesia.

Pembangunan Integrated Community Shelter pun bersifat permanen, hal ini menyimpulkan bahwa segenap masyarakat Indonesia, khususnya warga Aceh bersedia dengan ikhlas menyambut Orang Rohingya sebagai saudara baru. Sebuah refleksi apik tentang kemanusiaan dan persaudaraan sesama umat muslim yang tak mengenal batas negara, bahasa, ras, etnis, dll.

Dalam prosesnya, pembangunan Integrated Community Shelter (ICS) telah memasuki fase kurang lebih 30%-40% pembangunan. Keterlibatan aktif masyarakat Aceh Utara dalam pembangunannya patut diapresiasi setinggi langit. Keberkahan pun perlahan dirasakan, dengan membantu pembangunan, banyak masyarakat Aceh yang ikut tergerak hatinya untuk produktif membantu apapun yang bisa mereka lakukan. Laporan langsung dari desa Gampong, Aceh Utara tempat lokasi ICS didirikan menyebutkan bahwa, banyak warga Gampong yang terpantik untuk ikut produktif ikut serta membangun. Tak lain, semua dilakukan karena rasa kemanusiaan itu memang betul-betul nyata tak mengenal batasan. Allahu Akbar! (CAL)

AKSI CEPAT TANGGAP

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun