Pasca lebaran ramadhan beberapa pekan silam, publik di Indonesia nampaknya semakin akrab dengan kabar di berbagai media yang berbicara tentang bencana kekeringan. Kemarau panjang yang sudah berlangsung sejak setidaknya sejak Mei silam telah membawa banyak sekali penderitaan. Nyatanya bencana kekeringan memang telah menghadang di depan mata.
Selama lebih dari 3 bulan, seluruh wilayah di Indonesia hampir serentak merasakan perbedaan musim yang cukup siginifikan. Biasanya, suhu tropis di Indonesia cenderung hangat namun sejuk, dengan tingkat intensitas hujan yang cukup tinggi. Namun memasuki Mei kemarin, fase musim kemarau telah tiba. Cuaca pun perlahan berubah menjadi kebalikannya. Suhu panas terik di siang hari, udara kering dan gersang, rumput menguning karena kekurangan air, hingga yang paling terasa dampaknya adalah kekeringan massal bagi sumur-sumur air dalam milik warga.
Lantas apa sesungguhnya yang menyebabkan bencana kemarau atau kekeringan di negeri ini? Musim kemarau panjang memiliki korelasi yang amat sangat erat dengan bencana kekeringan. Namun apa yang menjadi alasan kemarau dapat terjadi di Indonesia? berikut penjelasannya
- Letak geografis Indonesia yang berada di tengah garis khatulistiwa
Hampir dipastikan semua orang di negeri tahu dan menyadari bahwa tanah kebanggan yang mereka pijak berada persis di garis khatulistiwa. Karena posisi geografis inilah, Indonesia mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pergerakan angin yang bertiup di negara khas yang berada di khatulistiwa telah sebabkan proses alamiah terjadinya dua musim tersebut.
- Gejala perubahan cuaca
Wilayah Indonesia yang terdiri dari samudera dan lautan luas sebabkan perilaku aliran angin muson timur di antara bulan April hingga Oktober. Angin periodik setiap setahun sekali ini mengalirkan hawa panas dari gurun gersang Benua Australia yang sangat luas daratannya menuju ke wilayah Indonesia.
- Udara dan Alam yang makin rusak dan tercemar
Walaupun secara tidak langsung mempengaruhi gejala musim kemarau, namun ternyata perubahan kandungan udara dan alam yang sudah sangat tercemar ikut memberikan andil bencana kekeringan. Polusi dan alam yang tercemar secara akumulatif membawa dampak kerugian pada berkurangnya keseimbangan alam. Akibatnya jika kemarau panjang melanda, maka air tanah akan cepat kering karena minimnya pepohonan, atau jika musim kemarau tiba maka kualitas udara akan bertambah semakin buruk atau kualitas air akan sangat tercemar.
- Gejala Alamiah Bumi berwujud El Nino.
Secara arti ilmiah, El Nino dapat dijelaskan sebagai gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (SPL/SST) di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya di bagian Tengah dan Timur, tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Selain itu, El Nino pun berdampak pada menurunnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar ekuator bagian barat.
Penjelasan ilmiahnya seperti ini, Saat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Padahal pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan deras.
Jika uap air berkurang, cuaca di Indonesia cenderung dingin dan kering. El Nino akan menyebabkan fenomena Kemarau berkepanjangan tergantung seberapa besar intensitas El Nino tersebut. (CAL)