Setelah sekian pekan mengalami proses “pendinginan” tak ada aktivitas vulkanik yang berarti, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara akhirnya kembali bergejolak. Bahkan letusan yang terjadi di pekan kedua September ini diprediksi sebagai letusan terbesar selama beberapa pekan terakhir.
Gunung Sinabung diketahui memang sedang mengalami erupsi total dengan durasi waktu yang sangat lama. Dahulunya, Sinabung adalah gunung vulkanik purba yang sudah 400 ratusan tahun tak meletus. Hingga pada 2010 dan 2013 silam hingga hari ini Sinabung masih tetap bergejolak. Seakan ingin menghabiskan semua kandungan vulkanik yang telah terkubur ratusan tahun di dalam perutnya.
Berikut adalah 3 fakta seputar letusan Gunung Sinabung yang terjadi di September 2015:
1. Letusan Sinabung di hari Selasa 15 September 2015 menjadi letusan terbesar sepekan terakhir
Selasa (15/9) Sinabung kembali mengeluarkan kandungan vulkanik yang cukup besar dari dalam dapur magmanya. Dikutip dari kantor berita Antara, Letusan Gunung Sinabung yang terjadi di Selasa pagi itu merupakan letusan terbesar setidaknya selama beberapa pekan terakhir. Letusan kemarin meluncurkan awan panas sejauh 4.000 meter ke sektor timur tenggara. Sementara itu, tinggi puncak abu vulkanik yang terhempas ke udara sekira 3.000 meter. Selama beberapa pekan terakhir, Sinabung memang belum diturunkan statusnya dari status Awas atau level IV.
2. Erupsi susulan Gunung Sinabung kembali terjadi di hari Kamis malam (17/9)
Sekitar pukul 19.22 WIB di Kamis malam tercatat telah terjadi luncuran lava pijar mencapai 1.500 meter yang mengarah ke bagian timur dan tenggara. Sejumlah 9.313 jiwa mengungsi selamatkan diri dari ancaman maut erupsi Gunung Sinabung. Selain mengeluarkan lava pijar, sejak Selasa kemarin Sinabung masih terus menerus mengeluarkan awan panas dan guguran aliran proklastik yang menuruni bukit.
3. Pengungsi Sinabung Mengeluh, Perhatian Pemerintah dinilai Minim
Pasca letusan kesekian kalinya dari Gunung Sinabung di pekan kedua September ini, Pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo mengeluhkan perhatian Pemerintah yang masih minim dalam menangani bencana yang nyatanya sudah terjadi selama lima tahun berturut-turut. “Saat Sinabung tenang dan tidak bereaksi, penanganan terhadap pengungsi kendur, jauh dari yang diharapkan,” kata seorang pengungsi, Jhonson Sembiring (50), dikutip dari laman Act.id.
Johnson menambahkan, jika tidak diantisipasi oleh pemerintah, erupsi Gunung Sinabung bisa berakibat fatal terhadap masyarakat. Pasalnya , tidak sedikit di antara pengungsi yang membandel dan nekat kembali ke desa.