Mohon tunggu...
yayan putra
yayan putra Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 6 SATAP SEKADAU HULU

Membuat puisi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cinta Upnormal

21 April 2024   09:00 Diperbarui: 21 April 2024   09:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini hampir tiga tahun kita terlepas, tetapi perasaanku padamu masih sama seperti saat itu. Masih menjadikanmu sebagai tujuan dari setiap impianku walupun aku tahu bahwa itu hanya sebuah mimpi yang kemungkinan kecil akan terwujud. Mungkin bagimu perpisahan kita adalah akhir dari cerita lama dan mulai lagi sebuah cerita baru, bahkan mungkin sudah banyak cerita-cerita baru yang terus ku tulis di dalam perjalan hidupmu. Aku tidak pernah menyalahkanmu untuk hal itu, karena aku tahu cerita mu masih sangat panjang. Berbeda dengan diriku,cerita ku telah kututup habis bersama dirimu. Bukan karena aku tidak ingin sepertimu, tetapi setiap aku mencoba untuk menuliskan cerita lagi. Hati ini tidak pernah mampu untuk menumbuhkan kembali sebuah rasa.

Sekarang, hanya kehampaan yang kurasa, gelak tawa sekedar sandiwara untuk menunjukan bahwa aku baik-baik saja. Senda gurau hanya topeng pemanis di dalam interaksi sosialku sebagai bagaian dari umat manusia. Padahal di setiap kesendirianku, hati terus teriris oleh bayanganmu. Apakah kau tahu bahwa bermain peran dan melakoni kepribadian ganda ini begitu melelahkan bagiku. Berpura-pura bahagia sementara hati menangis terus menekan kewarasanku. Pernah ku ingin untuk mengakhiri saja hidup ini supaya penderitaan ini berakhir, tetapi harapan bahwa nanti  suatu saat tuhan akan mempertemukan kita dalam keadaan yang tepat membuatku terus bertahan sampai saat ini. Bukan seperti dulu harus menjalani cerita tersembunyi.

Kadang aku berpikir,apa sih istimewa dirimu sehingga membuat diriku seperti ini. Tetapi tidak pernah ku temukan jawabannya. Berkali-kali ku coba menatap fotomu untuk mencari apa yang membuat rindu ini tak bisa mati, selalu saja menjadi misteri. Padahal engakau bukan lah cinta pertamaku, bukanlah kekasih terbaikku. Tetapi engkau lah yang mampu membuat dunia seperti tanpa warna.

Setiap malam aku selalu berharap kita bertemu didalam mimpi, entah engkau menjadi musuh atau menjadi kekasih di dunia itu aku tidak peduli. Karena bagiku bisa bertemu dan berbicara denganmu mampu mengurai sedikit mendung rindu yang begitu tebal di hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun