Mohon tunggu...
Willem Pieter
Willem Pieter Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis adalah Gambaran Jiwa

Yayan Putera Maluku. Bukan berlatar belakang politikus atau sastrawan tapi suka menulis tentang politik dan sastra. This is my soft skill.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seandainya Kampanye Pemberantasan HIV/AIDS Sehebat Kampanye Presiden

22 April 2014   18:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_320986" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Baliho Kampanye Pemberantasan HIV/AIDS"][/caption]

Angka kejadian Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari jumlah angka HIV/AIDS tahun 2013 yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan DINKES RI. Dalam rilisan itu disebut bahwa dari bulan Oktober hingga Desember saja Indonesia memiliki laporan kasus baru yaitu 8624 orang degan HIVdan AIDS berjumlah 2.845 orang (jumlah ini hanya jumlah tri wulan ke III,2013). Dari jumlah diatas dilaporkan bahwa persentase kelompok umur pada tri wulan ke III tahun 2013 adalah, 25-49 tahun (70,4 %), 20-24 tahun (16,4 %) dan kelompok umur diatas 50 tahun (5,3 %). Yang jadi pertanyaan, berapakah jumlah penderita HIV/AIDS dalam tahun 2013? Berikut grafik distribusi laporan HIV/AIDS setiap tahun.

[caption id="attachment_320993" align="aligncenter" width="450" caption="Grafik distribusi Jumlah HIV/AIDS"]

13981403741622519692
13981403741622519692
[/caption]

Oleh beberapa kalangan menyebutkan bahwa HIV/AIDS adalah mesin pembunuh. Meski kedengaran agak menakutkan, fakta ini merupakan sesuatu yang benar-benar harus diperhatikan oleh semua pihak. Betapa tidak, berdasarkan UNESCO perbandingan penderita HIV AIDS yakni 1:100 sehingga diprediksi masih banyak penderita lain yang belum ditemukan. Bayangkan, jika kita memakai perbandingan diatas maka dalam lima hingga sepuluh tahun sudah ada jutaan orang yang meninngal dunia akibat HIV/AIDS.

Sekarang ini hampir semua media baik itu media elektronik, media cetak maupun media online hanya mengangkat isu politik khususnya isu PEMILU. Pola pikir masyarakat Indonesia diredirect oleh beberapa fenomena menjelang PEMILU sehingga kita (masyarakat) tidak melihat atau tidak peka terhadap bencana besar yang sudah ada didepan mata.

Jika kita bandingkan jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2013 dengan pengangguran di Indonesia yang biasanya menjadi visi dan misi PARPOL dalam berkampanye, angka HIV/AIDS jauh lebih tinggi dari pada jumlah pengangguran yang hanya mencapai 7,61 juta jiwa. Bayangkan, jika kita mengalikan jumlah ODHA dengan perbandingan 1:100 menurut UNESCO maka kita akan dapatkan jumlah HIV/AIDS yang jauh melebihi angka pengangguran. Pengangguran secara otomatis membuat produktivitas masyarakat menurun. Demikian juga HIV/AIDS, apalagi jumlah ODHA didominasi oleh kelompok umur yang masih produktiv. Berbicara tingkat produktivitas ODHA bukan sampai disini saja, karena ketika seorang ODHA dijaga oleh salah satu keluarganya maka keluarganya tidak bisa bekerja secara maksimal sehingga terjadi gangguan produktivitas yang dia miliki.

Upaya pemerintah untuk memberantas penyebaran HIV/AIDS sudah baik, namun masih ada kekurangan - kekurangan yang harus dibenahi baik secara teknis maupun nonteknis. Sebagai contoh didaerah saya yang sejauh ini peran pemerintah masih jauh tertinggal dibandingkan dengan peran LSM. Hal ini saya rasakan ketika saya melihat ada sebuah Klinik swasta yang juga merupakan Klinik Voluntary Counseling Test ( VCT) di Maluku Utara tepatnya di Halmahera Utara terus berkampanye tentang bahaya HIV/AIDS, sedangkan pemerintah sesekali dan hanya berfukos pada populasi kunci seperti PSK, itupun tidak secara komprehensif. Didaerah ini, menurut sumber terpercaya, pada bulan Januari hingga medio Maret 2014 saja sudah terdapat kasus baru penderita HIV/AIDS sebanyak 15 orang. Data ini masih data yang di himpun oleh Klinik VCT tersebut, belum ditambah dari rumah sakit pemerintah setempat. Dengan demikian maka perlu adanya dukungan pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat untuk mendukung pelayanan HIV secara komprehensif.

Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS, seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif, promosi penggunaan kondom, pengendalian faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (KTS dan KTIP), Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularandari Ibu ke Anak (PPIA), Pengurangan Dampak Buruk NAPZA (LASS, PTRM, PTRB), layanan IMS, Pencegahan penularan melalui darah donor dan produk darah lainnya, serta kegiatan monitoring dan evaluasi serta surveilan epidemiologi di Puskesmas Rujukan dan NonRujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya dan Rumah Sakit RujukanKabupaten/Kota.

Melihat berbagai fakta diatas, pemerintah yang akan terpilih diharapkan tidak mengangkat isu pemberantasan HIV/AIDS sebagai isu tahunan yang sering dibicarakan setiap tanggal 1 Desember. Tapi pemberantasan HIV/AIDS harus lebih digalakkan lagi seperti kampanye anti korupsi, penurunan angka pengangguran dan lain sebagainya, yang selalu menjadi isu hangat setiap saat.

Sebagai pandangan pribadi ketika seseorang bertanya, siapakah calon presiden ideal saya, maka saya akan menjawab, presiden saya adalah presiden mau melakukan tes HIV sebagai bentuk kepeduliannnya kepada Pemberantasan HIV/AIDS. Maukah Jokowi melakukan itu? Semoga bukan ARB atau Prabowo yang menjawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun