Mohon tunggu...
Yayan Sofyan
Yayan Sofyan Mohon Tunggu... -

saya seorang pengajar SMA swasta di Bandung untuk pelajaran ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Guru Honor, Pilihan Atau Keterpaksaan

1 Maret 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk pertama kalinya saya merasa ragu pada saat menentukan apakah saya akan menjadi seorang guru atau memilih menjadi karyawan kantoran. Bukanya melawan ‘kodrat’ saya memang seorang sarjana pendidikan yang harusnya menjadi seorang guru, tetapi batin ini (sifat manusiawi) seolah menolak karena pada saat itu profesi guru tidak mendapat kelayakan dalam urusan pendapatan.

Yang ada ‘dibayangan’ saya begitu lulus kuliah, kalau menjadi guru pastilah ‘jatuhnya’ jadi guru honor yang (mohon maaf) bayaranya tidak sepadan sekitar 300 ribuan per bulan.

Melihat kondisi seperti ini saya pun memutuskan untuk memutar ‘haluan’ menjatuhkan pilihan menjadi seorang karyawan kantoran, intinya saya tidak mau menjadi guru kalau bayarannya seperti ini. Bukanya matrealistis tapi saya coba berfikir realistis.

Tapi naluri saya menjadi seorang guru tidak hilang begitu saja ketika saya bekerja sebagai karyawan kantoran. Hati kecil saya selalu bertanya-tanya “kenapa gaji guru kecil amat, trus kenapa harus ada istilah guru honor seperti buruh pabrik saja, tapi kenapa orang mau menjadi guru honor padahal dia tau bayaranya kecil”.

Rasa penasaran ini terus saya coba telusuri, untuk meyakinkan apakah menjadi guru honor itu suatu pilihan atau keterpaksaan. Sedikit berlaga seperti seorang pengamat atau pakar pendidikan, saya coba mempelajari beberapa sumber yang saya anggap relevan mulai dari Koran, buku, internet, dan diskusi langsung dengan beberapa rekan guru honor.

Singkatnya, saya belum menemukan jawaban pasti akan hal ini, karena keterbatasan waktu serta keterbatasan saya, namun bukan berarti tidak ada hasil sama sekali. Ada beberapa asumsi yang bisa dijadikan bahan keberlanjutan untuk sekedar didiskusikan atau diabaikan.

Asumsi pertama, sebagian orang beranggapan bahwa dengan menjadi guru honor terlebih dahulu, ada harapan bisa diangkat menjadi guru PNS

Asumsi kedua, mereka yang belum punya pengalaman mengajar memutuskan untuk cari pengalaman terlebih dahulu dengan menjadi guru honor meskipun bayaranya kecil.

Asumsi ketiga, sebagian yang menjadi guru honor memang diarahkan oleh orang tuanya yang kebetulan adalah seorang guru juga.

Dari ketiga asumsi ini, mungkin Anda dan saya bisa menyimpulkan sendiri menjadi guru honor itu pilihan atau keterpaksaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun