Mohon tunggu...
Yayang Dwi Sri Hartanti
Yayang Dwi Sri Hartanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas muhammadiyah surakarta

hallo semuanyaaaa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Kehidupan: Suratmi, Kemandirian dan Kejujuran dalam Berbisnis

23 Oktober 2024   11:40 Diperbarui: 23 Oktober 2024   11:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepergian suami tentu membuat suratmi semakin down dan kehilangan semangat untuk melanjutkan hidupnya. Suratmi sudah jarang lagi untuk ikut berjualan di pasar dan hanya kedua karyawan saja yang berdagang dan digantikan oleh adik suratmi yang membantu handle semua pekerjaan suratmi di pasar. Suratmi kehilangan semangat hampir 3 -- 4 tahun, tentu kerugian yang dialaminya semakin banyak, banyak hutang yang suratmi bawa dari PT PT ayam di soloraya. Karena suratmi tidak memiliki semangat untuk melanjutkan berdagangnya tersebut sehingga suratmi hanya membantu mencarikan ayam dari PT dan selebihnya dipikir oleh karyawanya yang ia percayai. Suratmi selalu menyampaikan kepada karyawanya untuk bekerja dengan jujur karena tiap orang yang ia temui dengan bekerja tidak jujur terutama kepada pelanggan, dan mencurangi pelanggan, terutama pada timbangan/berat ayam, mereka yang mencurangi pelanggan/orang lain selalu mengalami kebangkrutan atau bisnisnya berjalan tidak lama.

Pada awal 2024 suratmi akhirnya mengumpulkan kembali semangatnya karena banyak dari orang-orang sekitar terutama keluarganya yang merasa sedih dan susah ketika suratmi tidak lagi menekuni pekerjaanya tersebut, mereka merasa sangat terbantu dengan kejayaan suratmi karena mereka mendapatkan hasilnya juga. Suratmi memiliki tekad yang sangat kuat untuk dapat membantu orang-orang disekitarnya terutama keluarga besarnya. Ia berkeinginan jika ada orang yang membutuhkan bantuan suratmi harus bisa setidaknya sedikit membantu mereka. Suratmi merasa sedih jika ada orang yang datang kepadanya tetapi suratmi tidak bisa membantunya.

Berangkat dari hal tersebut suratmi mulai menata hidupnya lagi, dengan doanya dan doa orang tuanya serta keinginanya yang tinggi suratmi berhasil melawan keterpurukanya tersebut. Suratmi sudah mulai mampu untuk berdamai dengan keadaan, ia juga sudah rajin untuk ikut berjualan dipasar ayam seperti dulu, suratmi juga merasa bahwa bagaimanapun keadaan tidak perlu dipikirkan berlarut-larut karena hal yang sudah terjadi kemaren tidak akan bisa kembali lagi. Ambil pelajaran yang sudah pernah di lalui, setiap rintangan yang ia hadapi dengan berpegang teguh dengan keyakinan dan doa orang tua, suratmi dengan lebih tenang menghadapinya.

Suratmi selalu berpesan kepada anak-anaknya dan karyawanya agar tetap bekerja dijalan yang lurus, tetap mengutamakan kejujuran, dan jangan mengambil hak orang lain. Rezeki yang datang sudah Allah yang mengatur jangan mengkhawatirkan pendapatan, kerjakan dengan berniat beribadah kepada Allah, untuk apapun hasilnya semuanya diserahkan saja ke Allah. Karena apapun yang terjadi di dalam hidup tidak lepas dari Kehendak Allah SWT. Jadi tetaplah bekerja dan berusaha dengan selalu mengingat Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun