Mohon tunggu...
Yayan Sugiana
Yayan Sugiana Mohon Tunggu... TNI AL -

Suami dari seorang istri dan bapak dari tiga orang anak yang berkeinginan besar dapat memberi manfaat kepada lingkungan tempatnya berada.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Thailand Tak Punya Kapal Selam Tapi Memiliki Pusat Pelatihannya, Mengapa Kita Tidak

13 Juli 2015   13:43 Diperbarui: 13 Juli 2015   13:43 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kasal, Laksamana TNI Ade Supandi sedang mencoba peralatan di Submarine Control Simulator (SCS) disaksikan oleh Pangarmatim Laksda TNI Darwanto."][/caption]

Bertempat di Komando Armada RI Kawasan Timur (Kormatim) Surabaya, Senin (12/7) Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. meresmikan penggunaan Submarine Control Simulator (SCS) serta meletakkan batu pertama pembangunan Submarine Command and Team Trainer (SCTT).

Kedua fasilitas tersebut merupakan bagian dari Submarine Center, fasilitas untuk mengasah kemampuan para awak kapal selam. Pembangunannya dilaksanakan secara bertahap. Total secara keseluruhan fasilitas Submarine Center terdiri atas Submarine Control Simulator (SCS), Submarine Command and Team Trainer (SCTT), Machinery and Propulsion Control Simulator (MPCS), Fire and Damage Control Simulator (FDCS), dan Submarine Escape Team Trainer (SETT).

Dari kelima fasilitas Submarine Center tersebut, untuk sementara TNI AL baru menyelesaikan Submarine Control Simulator (SCS) Fasilitas latihan lainnya akan dibangun secara bertahap, menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Kementerian Pertahanan RI menilai, untuk membangun kekuatan minimum, TNI AL membutuhkan minimal 12 kapal selam. Kejayaan kapal selam pernah kita alami. Saat itu kita memiliki 12 kapal selam yang menjelajahi setiap sudut perairan NKRI. Ke-12 kapal selam tersebut adalah RI Tjakra, RI Nagabanda, RI Tjandrasa, RI Trisula, RI Nagarangsang, RI Widjaja Danu, RI Hendra Jala, RI Bramasta, RI Pasopati, RI Alugoro. Selanjutnya, pada tahun 1981 datang KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402. Kedua kapal selam tipe SS 209/1300 menggenapi jumlah selusin kapal selam yang kita miliki.

Saat ini, dari kedua belas kapal selam tersebut, tinggallah dua yang tersisa, yakni, KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402.
Keinginan besar untuk mengembalikan kejayaan kapal selam semoga segera terwujud sebab pemerintah telah memesan 3 kapal selam Changbogo dari Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME) Korea Selatan. Kerja sama dengan negeri ginseng itu bukan sekedar pada bidang pengadaannya saja, melainkan juga kerja sama Transfer of Technology (ToT) bersama Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME) dengan PT PAL Indonesia. Dengan demikian, ke depan di jajaran Armada kita akan ada 5 kapal selam yang menjaga kedaulatan wilayah perairan NKRI.

Pengadaan kapal selam hanya satu di antara kebutuhan penguatan TNI AL. Hal lain yang juga sangat krusial adalah pengadaan sarana pusat pelatihan (Submarine Center). Fasilitas tersebut sangat membantu dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan awak kapal selam. Submarine Center merupakan fasilitas one-stop training untuk menempa kemampuan para awak kapal selam baik secara perorangan maupun tim. Fasilitas ini sangat efektif dan efisien sebab dapat memenuhi kebutuhan latihan bagi segala jenis operasi yang biasa dilaksanakan oleh para awak kapal selam.

Fasilitas yang sama telah dibangun oleh Singapura. Maret Lalu Kepala Staf AL Singapura, Laksamana Madya Lai Chung Han telah meresmikannya. Beberapa Negara telah lama memiliki fasilitas tersebut sejak lama, utamanya Amerika Serikat. Bahkan Thailand yang sejak tahun 1951 tak memiliki kapal selam hingga hari ini masih terus mempertahankan pusat pelatihan bagi awak kapal selamnya.

Tingkat keterampililan pengawak kapal selam Thailand tidak diragukan. Sayangnya, hingga hari ini usulan pengadaan kapal selam selalu terbentur dengan terbatasnya anggaran.

Pada tahun 2011 Thailand berencana untuk membeli 6 kapal selam kecil bekas pakai dari Jerman senilai 7,7 milyar baht ($260 juta). Berikutanya, Negeri Gajah Putih ini merencanakan pengadaan dua kapal selam ukuran besar dari Korsel senilai 40 milyar baht ($1,35 juta). Namun, rencana tersebut tinggal menjadi rencana. Hingga hari ini tak satupun kapal selam memperkuat armada laut Thailand. Padahal, prajurit-prajurit laut Thailand telah dikirim ke Jerman maupun Korea Selatan guna memperdalam pengetahuan mengenai kapal selam.

Kita memiliki dua kapal selam sisa dari kejayaan masa lalu kita, yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402. Kedua kapal selam ini masih setia menjaga kedaulatan NKRI. Dalam waktu dekat armada kita akan bertambah dengan hadirnya 3 kapal selam Chang Bogo dari Korea Selatan. Dengan demikian, pengadaan sebuah Submarine Center di lingkungan TNI AL merupakan sebuah keniscayaan. Apalah artinya jika keberadaan kapal-kapal selam canggih itu tanpa disertai sebuah sumber pelatihan yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun