Mohon tunggu...
Yayan Sugiana
Yayan Sugiana Mohon Tunggu... TNI AL -

Suami dari seorang istri dan bapak dari tiga orang anak yang berkeinginan besar dapat memberi manfaat kepada lingkungan tempatnya berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korban Merapi Dimanfaatkan, Jangan!

6 November 2010   16:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_317223" align="aligncenter" width="400" caption="2207 Pengungungsi Merapi Padati Stadion Maguwoharjo (sumber: google)"][/caption]

Bencana erupsi Gunung Merapi sungguh telah mengguncang kesadaran bangsa Indonesia, bahkan warga dunia akan arti persaudaraan. Aroma solidaritas pun merebak di mana-mana. Bantuan  mengalir begitu deras dari perorangan, LSM, instansi pemerintahan, dan dari luar negeri.

 

Semangat membantu korban bencana Merapi begitu besar. Para pengumpul dana bantuan berjejer sepanjang pinggir jalan, di mall, di terminal, di taman-taman kota. Mereka semua mengatasnamakan bantuan untuk para korban Merapi.

Kemarin dalam perjalanan menuju salah satu rumah sakit pemerintah di Surabaya, saya berhenti sejenak dan masuk bilik ATM di Kawasan Lidah Kulon, Surabaya. Di luar telah menunggu seseorang dengan segepok amplop di tangannya. Selembar di antaranya diserahkan kepada saya. Kop suratnya menyatakan nama sebuah yayasan dan memohon bantuan untuk korban Merapi.

Siang ini, pukul 10.00 WIB ketika masuk ke kantor pos, di Lidah Kulon, Surabaya, di ambang pintu masuk telah berdiri seseorang dan menyodorkan amplop kepada setiap pengunjung kantor pos tersebut. Ia mengaku sebagai perwakilan dari sebuah yayasan yang sedang menggalang dana untuk para korban letusan Gunung Merapi.

Beberapa bulan yang lalu tidak sedikit para pencari dana yang menyambangi rumah per rumah dengan mengatasnamakan pengurus yayasan, pondok pesantren, atau panti asuhan. Orang-orang itu datang dengan membawa proposal yang ditandatangi oleh ketua yayasan, pimpinnan ponpes, atau ketua panti asuhan. Namun, minggu-minggu terakhir  ini tiba-tiba saja benbondong-bondong orang datang meminta sumbangan untuk korban letusan Gunung Merapi. Lantas kemanakah perginya para pencari sumbangan yang dahulu mengatasnamakan pembangunan masjid, pesantren dan panti asuhan itu?

Maafkan Tuhan, kalau tiba-tiba saja saya jadi bersu’udhon dan berpikir jangan-jangan orang-orang yang selama ini datang menyambangi rumah hambamu ini hanya akal-akalan saja. Ulahnya mengutip sumbangan untuk anak yatim itu hanya taktik akal bulus mereka. Terbukti, begitu trend penggalangan dana untuk korban bencana alam merebak di mana-mana, proposal bantuan pembangunan sarana ibadah  dan rumah yatim piatu menghilang dari tangan mereka lalu berganti menjadi proposal sumbangan untuk korban letusan Gunung Merapi. Astaghfirullah!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun