Sebagai seorang guru saya merasa prihatin ketika melihat banyak siswa yang mulai meninggalkan dan melanggar aturan yang ada di sekolah. Poin-poin pelanggaran sepertinya tidak mempan bagi mereka. Sehingga yang tersisa adalah poin hanya jumlah dan berbentuk angka, yang bagi mereke tidak menakutkan sama sekali.Â
Lain halnya jika imbasnya dari pelanggaran siswa mengarah pada ketidak naikkan kelas, mungkin akan sangat berbeda bagi siswa. Dimana siswa disini perlu berpikir ulang untuk menambah jumlah akumulasi dari poin pelanggarannya, sehingga timbul rasa mengurungkan niatnya untuk melanggar peraturan yang ada di sekolah.
Beda jauh penerapan pendidikan jaman sewaktu saya sekolah dulu. Memang teknologi tidak secanggih sekarang, tapi untuk penerapan etika, mematuhi peraturan yang ada itu selalu dikedepankan.Â
Jaman saya sekolah mendengar kata-kata "jika bermasalah atau melanggar peraturan akan dipanggil oleh pihak BK", mendengar seperti itu saja saya sebagai siswa sudah merasa takut, masuk ruang kelas ketika guru sudah berada didalam kelas itu merupakan hal yang salah besar bagi saya. Rasa malu, takut campur aduk didalam hati saya.Â
Tapi entah dengan siswa sekarang, etika semakin hilang, peraturan banyak yang dilanggar, rasa takut atau jera tanpa mereka risaukan. Apakah ini efek dari Pandemi yang kurang lebih 2 tahun mereka sekolah Daring? Ataukah karena efek dari istilah "Tidak boleh ada siswa yang tidak naik kelas ataupun tidak  lulus", jadi di benak mereka  berpikiran tidak perlu bersusah payah untuk belajar demi meraih  nilai bagus, karena dengan seperti itupun mereka dapat naik kelas.
Dengan kedadaan tersebut saya sebagi guru merasa prihatin, bagaimana semuanya akan berjalan dengan selaras, seimbang demi tercapaianya generasi yang membanggakan, di sekolah kami menerapkan dengan sedemikian rupa agar siswa selalu mematuhi aturan yang ada, jika naik kelas ya memang layak dinaikkan, jika harus lulus ya memang lulus sesuai target. Bukan semuanya digebyah uyah, atau disamakan.Â
Disini nanti akan terjadi kesenjangan antar siswa, siswa yang memang rajin, disiplin akan merasa sama dengan siswa yang tidak disiplin, tidak taat aturan. Hal yang saya khawatirkan adalah bagi siswa yang rajin dan disiplin akan timbul rasa tidak perlu bersusah payah untuk mempertahankan itu semua, karena tanpa berpikir keras dan disiplinpun tetap akan naik kelas dan lulus.
Mungkin perlu dirubah peraturannya, agar ada efek jera bagi siswa sehingga tidak menimbulkan image bahwa sekolah bukan hanya tempat untuk menuntut ilmu, bertemu dengan teman-teman, akan tetapi sekolah adalah tempat pembentukan karakter siswa, belajar akan sopan santun dan ber etika. Karena sikap yang sopan dan ber etika tidak dapat siswa temukan dalam google melainkan bagaimana bisa diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H