Mohon tunggu...
Yayak Mahardika
Yayak Mahardika Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penggemar gorengan sekalian penyruput kopi | pemerhati cewek |bukan cowok | Menulis curahan hati di |https://lukojoyosindikat.wordpress.com| yayak.mahardika@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mati Surinya Roh Organisasi Gerakan

16 Februari 2016   23:24 Diperbarui: 18 Februari 2016   23:43 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagat perpolitikan tanah air gaduh. Konflik yang melanda beberapa partai politik di tanah air berimbas pada berbagai lini kehidupan bangsa. Konflik itu disebabkan banyak faktor, namun dapat dipastikan pertarungan ini, hanya kepentingan elit partai saja. Lantas, apakah konflik itu menular pada organisasi gerakan?.

Peran organisasi dalam perjuangan bangsa Indonesia sangat besar. Mengapa? sejarah mencatat, Budi Utomo organisasi yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische  Artsen) yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.  Budi Utomo mendeklarasikan diri bukan organisasi politik tapi organisasi pelajar, organisasi yang mempunyai tujuan memajukan pengajaran, pertaniaan, peternakan dan perdagangan, teknik dan industri serta menghidupkan kembali kebudayaan Indonesia.  Dalam perjalanannya Budi Utomo memiliki andil besar dalam perjuangan pergerakan nasional karena telah menjadi pelopor organisasi kebangsaan.

Sebuah pepatah mengatakan, “Seiring berjalannya waktu, waktu mengajarkan anda” nampaknya pepatah tersebut sudah tak sesuai. Seakan Budi Utomo hanya sepenggal kisah sejarah pergerakan masa silam. Dan tak mampu mengilhami organisasi gerakan saat ini, karena api semangat perjuangannya tertinggal jauh di masa lalu.

"Entah siapa yang meninggalkannya disana?". Batinku menggerutu.

Kini, organisasi gerakan digunakan sebagai tunggangan politik oleh pimpinannya untuk menciptakan ruang tawar-menawar dengan pemerintah. Itu dilakukan untuk mengamankan kepentingan pribadi maupun kelompok; bisa saja dalam hal ini kepentingan senior dan kelompoknya sebagai politik balas budi. Memang tak ada dalil yang melarangnya, namun sikap kritis kepada pemerintah harga mati dan haram hukumnya bungkam, apalagi memetik keuntungan dari sikap bungkamnya itu.  

Sebagai contoh, terlihat jelas, jelang tahun baru 2016 kemaren, beberapa isu menggelinding liar tetapi hanya menguap saja, tanpa adanya sikap kritis dan langkah strategis organisasi gerakan. Kecuali menyambutnya dengan mengeluarkan statement di media dengan gaya bahasa seolah-olah progresif-revolusioner. Karena telah ber-statement, dianggaplah persoalan selesai. Karena telah dimuat media, maka sudah dianggap sebagai sebuah  perjuangan, meski tak melakukan apa-apa. Apa mungkin perut bisa kenyang dengan berdzikir saja, jika mulut tak menelan makanan?. Apa mungkin permasalahan masyarakat terselesaikan, jika kita hanya berdiskusi hingga mulut berbusa?. Jawabannya tentu TIDAK! dan TIDAK!. Demikian trend gerakan saat ini.

Menurut para ahli, hakikat organisasi gerakan adalah organisasi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu: Pertama, organisasi mengubah kehidupan masyarakat, manfaat ini dapat diamati dari banyaknya organisasi yang mampu membuat kehidupan masyarakat jadi lebih baik. Ia tak pernah steril dari permasalahan masyarakat dan konsisten memperjuangkan hak-hak masyarakat yang dimarginalkan oleh sistem yang menindas. Mari kita amati, konflik tambang pasir besi di Lumajang yang berujung terbunuhnya Salim Kancil, gejolak penolakan penambangan pasir besi tersebut tak serta-merta muncul secara alami tanpa ada yang menggerakkan, disinilah peran organisasi gerakan dalam perjuangan masyarakat Lumajang. Kedua, organisasi gerakan sebagai penuntun pencapaian suatu tujuan. Organisasi gerakan manapun pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai bersama. Untuk mencapai tujuannya, ia merumuskan metodologi-pencapaian dengan efektif dan efisien. Ketiga, organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan, organisasi selalu berkembang seiring dengan munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. 

Maka jangan sampai organisasi gerakan mendapatkan predikat “hidup segan, mati tak mau”, dan menimbulkan ketidak percayaan dan kegelisahan  secara nasional. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut  dan tidak ditanggapi secara bijak, kondisi ini akan  berubah menjadi bom waktu yang akan meledak kapanpun. Ledakan itu yang akan melahirkan sebuah Resolusi Organisasi Gerakan. Biasanya istilah ini disebut dengan K.L.B.  

Meminjam istilah Denny Siregar, semoga secangkir kopi menjernihkan akal dan pikiran kita semua. (dijamin tak bersianida). Srupuuut!!!.[caption caption="Jangan diam"][/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun