Mohon tunggu...
Yayag YP
Yayag YP Mohon Tunggu... -

Saya sering berada disini, http://thedarknessofsatire.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lubang-lubang Koyak Selimut Pucatku

29 Desember 2012   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:51 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mana jarum dan benang hitam itu, mana?
Jangan menghilang...lubang ini harus dijahit
Biar dulu tubuhku telanjang, nyalang dimakan matanya
Setelahnya biarkan tubuh ini memucat di bawah selimut tuaku

Aku tak mau ada lubang menganga disana
Hingga matanya menelisik masuk menakar rapuhku
Sudah kuberikan tubuhku, sudah...jangan lagi kau koyak
Perkenankan aku meratap dalam gelap hangat selimut usangku

Aku berdoa dalam takut memuncak dari dalam sini,
Jijik memeluk tubuhku sendirian...tak mampu terbeli
Sibuk mendamaikan dosa dengan doa,"Aku bukan siapa-siapa,"
Hanya selimut pucat ini tempatku bicara pada airmata usai terlacur

Rekatlah duhai lubang-lubang koyak,
Sembunyikan aku lagi sebelum mereka kembali membayar tubuhku
Biar kupanggil semua malaikat, "Aku lelah menyulam nista,"
Memucatlah bersama doa-doaku yang tak kunjung sampai, sembunyikan aku!

The small a part of Puisi Tambeng on
http://thedarknessofsatire.blogspot.com/2012/12/lubang-lubang-koyak-selimut-pucatku.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun