Mohon tunggu...
Yahya Ado
Yahya Ado Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Praktisi Pendidikan

Lahir di Adonara Flores - NTT. Senang belajar pada Universitas Kehidupan.. Bertemu dengannya di: www.mysury.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta di Mataku

6 Mei 2010   07:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HARI-HARI terlewatkan tak terhitung jumlahnya. Tanpa terasa waktu terus berlalu dan tak ada yang barani membalikan. Ibarat sedang dalam peperangan, maju selangkah mati syahid, mundur selangkah mati kafir. Demikianlah Jakarta sekilas dalam pandangan saya.

 

Tiada mengenal pagi, siang atau bahkan malam, kota ini tak pernah lenggang dari bising knalpot atau bahkan teriakan manusia yang tinggal di tanahnya. Entah apa yang terjadi di sana, cukupkan alam dan mereka yang melakukan tahu di balik semua itu. Yang pasti, 24 jam sehari rasanya belum cukup untuk menikmati setiap hari yang terlewati.

 

Kini hampir dua tahun usiaku berada di rahim ibu kota Jakarta. Saat yang relatif tidak panjang. Tapi Jakarta telah memberiku banyak pelajaran tentang hidup di alam ini. Di sini tempat segala harap dan asa. Segala kepuasan nafsu dan keinginanan syahwat. Semua dapat dirasakan asal ada duit. Persaudaraan kerap digadaikan bila berurusan dengan materi. Segalanya dihitung dengan angka untung atau rugi. Bahkan senyum pun kerap menjadi mahal di seputar jagat ini.

 

Kadang saya bertanya bodoh. Di manakah budaya Indonesia itu tersimpan. Katanya ini negeri orang-orang demokrat dan nasionalis. Tapi di sana sini nilai itu jarang terlihat. Atau mungkin karena keterbatasan pikir saya untuk memahaminya semua itu. Tapi syukur kata teman-teman di media, negara sedang berproses menuju hakikat demokrasi sebenarnya, dari rakyat oleh rakyat dan untuk semua rakyat. Akhirnya saya sadar, ternyata Indonesia baru bangun dari tidur yang panjang. Bagiku tak masalah, lebih baik terlambatdari pada tidak sama sekali.

 

Hanya di Jakarta terdengar tren semboyan “eluelu – gue gue”. Saya tak pernah dengar di belahan daerah lainnya. Bahkan belum pernah diajarkan sejak pendidikan dasar hingga kuliah. Yang kutahu semboyan negeri ini bhineka tunggal ika.Walau beda kita tetap satu. Entah apapun warna kulit, bahasa dan agama sesungguhnya kita tetap satu.

 

Di sini pula kulihat seperti sketsa garis miring. Di antara rumah mewah dan gedungpencakar langit, masih ada gubuk kumuh yang tegar menghiasinya. Di antara mereka yang berdasi,ada makhluk pemulung sampah yang setia mengawalinya. Di antaraBMW yang bertaburan di jalan, masih pula ada pendorong gerobak yang menyangi lajunya. Di antara pengunjung restoran mewah, ada pengemis jalanan yang mengiringi langkahnya. Tragis dan ironis nasib orang-orang di Jakarta, yang kaya diperkayakan, yang miskin tetap termiskinkan.

 

Tapi jujur, saya optimis akan wajah Jakarta. Memolesnya menjadi cantik adalah tugas generasi yang hidup hari ini. Boleh jadi itu salah satu niat Tuhanmenghadirkan kita untuk meluruskan carut marut pembangunan Jakarta yang minus bijak. Agar kebijakan yang dibuat tidak berpihak pada siapapun. Bahkan tak perlu lagi ada pertumpahan darah dan air mata. Cukuplah hanya ada di Tanjung Priok, tak perlu beralih ke wilayah lainnya.

 

Jakarta di mataku rupanya tak sekejam ibu tiri. Tapi itu sangat bergantung pada pilihan prilaku dan peran yang kita buat. Tantangan terbesar untuk hidup di Jakarta adalah berani mengambil resiko, tangkas melihat peluang dan cerdas mengatur waktu. Karenanya, Jakarta memang pantas dihuni oleh manusia pejuang. Merdeka atau Mati. Itulah Jakarta. JJ

 

Oleh; Yahya Ado

Jakarta, 5 Mei 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun