Mohon tunggu...
yavis nuruzzaman
yavis nuruzzaman Mohon Tunggu... Freelancer - fotografer, pemusik, penulis lepas, pemerhati media sosial, penyuka sepak bola,

fotografer, pemusik, penulis lepas, pemerhati media sosial, penyuka sepak bola,

Selanjutnya

Tutup

Film

Gadis Kretek dan Cerita Perlawanannya

29 Mei 2024   14:40 Diperbarui: 29 Mei 2024   14:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sisi pandang yang dapat digunakan untuk menikmati Serial Gadis Kretek adalah sisi perlawanan. Banyak nilai perlawanan yang ditonjolkan dalam serial ini, baik porsinya minor maupun menjadi premis utama dalam serial ini. Mari kita lihat bagaimana sisi perlawanan dimunculkan dan digunakan sebagai wacana, tulisan ini mungkin mengandung spoiler, oleh karena itu tonton dulu filmnya.

Serial Gadis Kretek menarik perhatian jagad maya dan dunia perfilman Indonesia usai ditayangkan di salah satu aplikasi nonton berbayar, Netflix. Serial yang diangkat dari sebuah Novel karya Ratih Kumala menarik banyak penonton serta mendapatkan banyak apresiasi karena dapat memunculkan kesan kuat tentang industri kretek di era 60-an. Dibintangi oleh artis-artis papan atas seperti Dian Sastro sebagai Dasiyah / Jeng Yah dan Ario Bayu sebagai Soeraja, serial ini mampu menonjolkan perlawanan dan kesetaraan perempuan yang dibalut dengan romansa menggemaskan dan memilukan.

Dian Sastro sebagai pemeran utama dalam serial tersebut mampu memunculkan penggambaran bahwa keinginan terdalam dirinya hanya satu, yaitu menjadi peracik saus kretek yang terhalang karena mitos larangan perempuan menjadi peracik saus kretek. Sedangkan Ario Bayu dengan sangat luar biasa memerankan Soeraja sebagai sosok dengan kepandaian, keuletan dan kejelian dalam berbisnis dapat memajukan usaha kretek pada level yang fenomenal.

Serial ini juga menggunakan dua alur cerita, masa lalu yang digambarkan dengan baik melalui latar belakang, ornamen, dan detail yang spesifik. Kemudian alur masa kini yang tidak kini-kini amat ditandai dengan alat telekomunikasi klasik yang dipakai oleh Arya Saloka (Lebas, Putra Soeraja) dan Putri Marino (Arum, putri Rukayah). Cerita yang mengalir dan natural mampu membawa koneksi kedua alur dengan sangat lembut.

Premis utama menjadi nilai perlawanan yang dimunculkan secara tersurat. Jeng Yah yang merupakan putri seorang pemilik pabrik rokok ingin menjadi peracik saus kretek. Cita-citanya terhadang kenyataan bahwa ruangan saus kretek berpintu warna biru dilarang bagi perempuan manapun untuk memasukinya. Bahkan bagi Jeng Yah yang merupakan mandor dan anak dari pemilik pabrik rokok. Usaha Jeng Yah untuk menghancurkan mitos yang berbau klenik itu tidak mudah, meskipun demikian usahanya membuahkan hasil.

Perlawanan kedua adalah bagaimana Jeng Yah menolak pinangan dari salah satu rekan bisnis orangtuanya untuk menjadi menantu. Pinangan yang notabene sudah disetujui oleh orang tua Jeng Yah ditolak karena, Seno meskipun memiliki latar belakang militer tidak bisa memenuhi keinginan dan cita-cita Jeng Yah, yang sudah kadung cinta sama Soeraja serta kretek. Meskipun memunculkan huru-hara dan keributan yang berujung diusirnya Soeraja dari rumah keluarga Idroes, pernikahan dibatalkan dan orangtua setuju untuk menikahkan Jeng Yah dengan Soeraja. Meskipun di akhir, cinta mereka berdua harus kandas dan tidak bisa dilanjutkan untuk level pernikahan. 

Dua nilai perlawanan diatas merupakan bentuk perlawanan atas feminisme dan patriarki yang sangat kuat. Adanya pandangan miring terhadap perempuan digambarkan bukan menjadi hal mudah bagi Jeng Yah untuk meraih cita-citanya. Hinaan bahwa dia sebagai seorang perempuan dan tidak pantas untuk pekerjaan laki-laki menjadi hal yang wajar dimunculkan dalam serial tersebut. 

Perjodohan yang sudah diatur oleh orang tua tanpa persetujuan dari Jeng Yah juga merupakan bentuk perjodohan masa lalu yang bahkan masih bisa ditemui jaman sekarang. Anggapan bahwa perempuan harus tunduk kepada orang tua maupun suami juga dilawan dengan penolakan yang dilakukan Jeng Yah.

Catatanfakta.com
Catatanfakta.com

Penggambaran budaya merokok dalam serial tersebut juga diartikulasikan dengan baik. Bagaimana rokok terutama kretek menjadi salah satu budaya yang ada di Indonesia pada masa itu dan dihisap oleh masyarakat secara luas. Rokok sendiri ada di Indonesia sudah ada sejak lama bahkan sejak zaman penjajahan eropa.  Rokok masuk ke Indonesia beriringan dengan masuknya tanaman tembakau di Indonesia yang dibawa oleh Portugis. Hal ini ditandai dengan pemakaian nama tembakau yang berasal dari bahasa Portugis Tobaco atau Tumbacco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun