APBN tersebut memiliki sentimen positif diiringi dengan optimisme dan ungkapan kepercayaan diri Pemerintah terhadap perekonomian Indonesia pada 2023.
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2023 menjadi salah satu bahasan di media yang dinamis. Pemberitaan mengenaiPresiden Joko Widodo (Jokowi), melalui pidatonya di DPR menegaskan bahwa RAPBN tahun 2023 dirancang fleksibel guna mengelola gejolak perekonomian dan ketidakpastian global yang masih membayangi.Â
Dengan demikian, artinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tetap menjadi shock absorber dalam meredam gejolak eksternal, termasuk tekanan inflasi tinggi dan risiko geopolitik yang ditimbulkan dari perang Rusia vs Ukraina.
Pemerintah telah menetapkan defisit anggaran tahun 2023 untuk berada di level 2,85% PDB atau setara Rp598,2 triliun.Â
Defisit anggaran akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman dan dikelola secara hati-hati, dengan menjaga keberlanjutan fiskal.Â
Pembiayaan APBN 2023 akan lebih banyak digelontorkan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur sebesar Rp85,3 triliun.Â
Urutan kedua yang menerima dana alokasi kas negara terbesar adalah klaster pendidikan sebesar Rp 69,5 triliun. Dana tersebut akan dikucurkan ke Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta riset dan penelitian.
Sentimen pemberitaanÂ
Pemberitaan mengenai APBN tersebut memiliki sentimen positif diiringi dengan optimisme dan ungkapan kepercayaan diri Pemerintah terhadap perekonomian Indonesia pada 2023.Â
Narasi yang muncul adalah defisit anggaran tahun 2023 untuk berada di level 2,85% Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp598,2 triliun. Angka ini memunculkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi nasional berada pada kisaran 5,3% hingga 5,9%.