Mohon tunggu...
Ellen Aurellia Rahman
Ellen Aurellia Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga - Mahasiswa S1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Patience is not simply enduring; it is enduring with a beautiful demeanor, surrendering to the will of Allah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Masyarakat Indonesia berada di Urutan 87 dari 195 Negara: Apakah Program Makan Siang dan Susu Gratis oleh Pemerintah Menjadi Hal Penting?

4 Desember 2024   09:50 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Di era globalisasi yang semakin berkembang, masalah kesehatan masyarakat menjadi fokus utama banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia menghadapi berbagai kendala dalam menciptakan kesejahteraan sosial, khususnya di bidang kesehatan. Menurut data dari Legatum Prosperity Index Health tahun 2023, Indonesia berada di peringkat ke-87 dari 195 negara terkait kesehatan. Peringkat ini menunjukkan tantangan besar yang harus dihadapi, terutama dalam meningkatkan gizi dan kesehatan generasi muda. Salah satu solusi yang sering dibahas untuk meningkatkan kesehatan anak-anak Indonesia adalah program makan siang dan susu gratis di sekolah. Namun, sejauh mana program ini efektif dan penting untuk diterapkan secara menyeluruh?

       Nutrisi yang adekuat sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental anak-anak, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Asupan gizi yang seimbang dibutuhkan demi mendukung pertumbuhan tulang dan otot, memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta membantu fungsi otak yang optimal (Sa et al., 2023). Anak-anak yang mendapatkan nutrisi cukup cenderung memiliki energi yang lebih baik, kemampuan konsentrasi yang meningkat, dan perkembangan kognitif yang lebih optimal (Rahmi et al., 2022).Sayangnya, masalah gizi buruk dan stunting masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Sekretariat Negara, menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,5% pada tahun 2023, dengan angka ini lebih tinggi di daerah-daerah terpencil dan kurang berkembang. Stunting, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai, menghambat pertumbuhan fisik dan mental anak-anak, serta memengaruhi perkembangan sosial dan akademis mereka. 

        Melihat pentingnya isu ini, janji kampanye Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tentang program makan bergizi dan susu gratis di sekolah menjadi angin segar bagi perjuangan peningkatan kualitas hidup anak-anak di Indonesia. Program makan siang dan susu gratis di sekolah dapat menjadi  solusi konkret untuk masalah gizi buruk ini. Program ini bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi dan susu secara gratis kepada anak-anak di sekolah, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu (Rahmawati et al., 2024). Dengan memastikan asupan gizi yang seimbang setiap hari, program ini tidak hanya membantu mencegah stunting tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan (Kadafil, 2022). Anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi dan susu gratis di sekolah akan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik, lebih jarang sakit, dan memiliki energi lebih untuk belajar dan beraktivitas (Salim et al., 2021). 

       Salah satu contoh sukses dari program ini dapat dilihat di Brasil, yaitu program Makanan Sekolah Nasional (PNAE), yang berhasil diimplementasikan dengan menyediakan makanan bergizi gratis kepada jutaan siswa dari keluarga kurang mampu di seluruh negeri (Silva et al., 2022). Dengan demikian, Brasil berhasil mengatasi masalah gizi buruk dan stunting secara signifikan, dimana terjadi penurunan dalam prevalensi stunting yaitu 37,1% pada tahun 1975 menjadi 7,1% pada tahun 2007, sambil mendorong keberlanjutan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat lokal (Kitaoka, 2019). Program ini bisa menjadi contoh yang sangat relevan bagi Indonesia, mengingat keberagaman sosial ekonomi dan tantangan geografis yang serupa, terutama di daerah-daerah terpencil (Sembiring, 2020).Seperti halnya Brasil, Indonesia dapat mengadopsi pendekatan yang tidak hanya menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan lokal melalui kerjasama dengan petani dan pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah). 

        Untuk mencapai hasil yang maksimal, perlu adanya evaluasi dan pemantauan yang terus-menerus terhadap pelaksanaan program makan siang dan susu gratis ini. Pengawasan terhadap kualitas makanan, kebersihan, dan ketepatan waktu distribusi menjadi kunci untuk memastikan agar makanan tetap tiba dalam kondisi segar dan terjaga kualitasnya (Nursinggah et al., 2024). Selain itu, penting juga untuk melibatkan berbagai entitas dalam rantai pasok pangan, seperti BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), UMKM, dan koperasi (Maharani et al., 2024). Sebagai contoh, BUMDes dapat bertanggung jawab atas pengelolaan logistik makanan di daerah terpencil, sedangkan UMKM dapat menyuplai produk-produk lokal yang berkualitas. 

       Namun, tantangan dalam merealisasikan program ini tidaklah kecil. Diperlukan perencanaan yang matang, alokasi anggaran yang memadai, serta koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Target anak yang disasarkan dalam program ini mencapai mencapai 82,9 juta anak pada tahun 2029 (Maharani et al., 2024). Oleh karena itu, pendekatan bertahap menjadi strategi utama, dengan memprioritaskan daerah-daerah yang membutuhkan bantuan paling mendesak, seperti daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T ).

       Program makan siang dan susu gratis di sekolah adalah langkah penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak di Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi angka stunting, tetapi juga berperan dalam membentuk generasi muda yang lebih sehat dan cerdas. Keberhasilan program ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan perencanaan yang matang, pengawasan yang ketat, serta dukungan dari berbagai pihak, program ini memiliki potensi besar untuk menghasilkan perubahan signifikan dalam peringkat kesehatan Indonesia di masa depan. 

Dibuat Oleh Ellen Aurellia Rahman - Universitas Airlangga

Referensi

1. Ardelia Maharani, P., Riyani Namira, A., & Viony Chairunnisa, T. (2024). Jolasos: Journal of Law and Social Society PERAN MAKAN SIANG GRATIS DALAM JANJI KAMPANYE PRABOWO GIBRAN DAN REALISASINYA. 

2. Asroful Kadafi1, B. D. P. 2 , R. C. , S. Y. W. , A. N. , O. setiawan6 , I. A. L. P. , T. H. (2022). UPAYA PENCEGAHAN STUNTING DENGAN EDUKASI PENTINGNYA ASI, MPASI DAN MAKANAN BERGIZI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun