Mohon tunggu...
Yati Kurniawati
Yati Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Penyuka Puisi dan Cerpen

Aku orang biasa yang tak ingin hanya biasa-biasa saja, terus belajar dan berkarya tuk mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, suatu saat pasti bisa menjadi luar biasa. \r\nJourney Of My Life at http://yati-kurniawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Upin dan Ipin

23 Januari 2012   00:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:33 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hewan apa yang baru bertelur satu sudah bikin ramai seluruh desa? Pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Cikgu saat bermain teka-teki bersama murid-muridnya. Sebuah pertanyaan yang cukup membuat kening berkerut, tetapi ternyata murid-muridnya dapat menjawab dengan tepat pertanyaan tersebut, yaitu ayam. Itulah sepenggal adegan dalam film kartun anak Upin Ipin yang tayang di salah satu stasiun TV swasta pagi ini. Sebuah kisah yang aktual, dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa di kisah tersebut. Ayam memang merupakan hewan yang berisik saat hendak bertelur, seakan-akan ingin memberitahu pada semua orang jika si ayam akan bertelur.  Cikgu kemudian melanjutkan dengan memberikan petuahnya, janganlah seperti ayam, baru sedikit berhasil sudah menjadi orang yang sombong. Menarik sekali petuah tersebut. Sebuah nasihat yang terkait dengan penanaman karakter sedari dini.

Dibandingkan dengan film-film anak yang memenuhi layar kaca, Upin dan Ipin memang sebuah film kartun yang  tampil beda dan "melawan arus". Selalu ada pelajaran berharga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai luhur di tiap episodenya. Bahkan menarik juga untuk mengkaji model pembelajaran yang digunakan guru saat di dalam kelas. Sosok-sosok pemainnya sangat santun, bandingkan dengan tayangan berlabel sinetron anak dengan pemain anak-anak tetapi menggambarkan iri, dengki, dendam, penghianatan, dan berbagai perilaku buruk lain yang terkadang terlihat tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak yang masih murni pikirannya.

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan melalui media apapun. Film seringkali merupakan media yang menggambarkan budaya atau kebiasaan yang berlaku di lokasi film tersebut. Belajar dari film, sekalipun film anak, bukanlah sebuah hal yang tidak mungkin. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari film Upin dan Ipin, bagaimana penanaman karakter,  tingkah laku Cikgu dalam mengajar, interaksi antara guru dan murid, dan hal-hal baik lain yang bisa kita peroleh dari tiap episodenya.

Daripada membiarkan pikiran anak teracuni oleh tayangan yang tidak bermutu, semoga penggiat sinema di Indonesia bisa membuat media sejenis Upin dan Ipin yang tentunya lebih menonjolkan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun