Mohon tunggu...
Yati Kurniawati
Yati Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Penyuka Puisi dan Cerpen

Aku orang biasa yang tak ingin hanya biasa-biasa saja, terus belajar dan berkarya tuk mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, suatu saat pasti bisa menjadi luar biasa. \r\nJourney Of My Life at http://yati-kurniawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Cuma Curhat

13 April 2016   20:01 Diperbarui: 13 April 2016   20:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Banner "][/caption] Dear Diary,

Aku lelah sekali malam ini, seharian aku harus membanting tulang di bawah pengawasan Lek Paidi. Aku mesti kerja, kerja, dan kerja. Tidak boleh berleha-leha, santai-santai itu terlarang hukumnya. Bisa-bisa aku dipukuli sama manusia kejam yang nggak punya perasaan itu. Mulutnya yang nyinyir kayak ibu-ibu rempong bener-bener bikin stres, isinya ngomel sama ngomel, ada saja yang dikeluhkan. Untung dia nggak jadi hakim, lha bisa-bisa penjara penuh karena semua dianggap salah. Cuma dia manusia sempurna yang benar 100%.

Nyebelin banget deh pokoknya. Aku seperti sapi perahan yang dimanfaatkan oleh manusia jahat itu. Sejak pagi sampai malam dipaksa bekerja di bawah tekanannya. Sudah gitu, setiap dapat uang selalu saja dirampasnya, seakan-akan itu adalah haknya, padahal kan aku yang telah bekerja. Ingin aku rebut uangnya sembari berteriak, "Uang itu hasil kerja kerasku, Lek. Berikan padaku." Tapi apa daya, aku tak punya nyali, sekedar mengeluh saja aku tak berani, apalagi sampai berteriak kepadanya.

Pengen banget lepas dari cengkeraman Lek Paidi, tapi ya itu, aku cuma pengecut yang cuma berani mengeluh kepadamu. Aku tahu kalau aku ini bukan siapa-siapa, untuk makan saja sangat tergantung sama dia. Banyak kali aku tuh mencoba introspeksi diri, jangan-jangan dia bertindak begitu karena aku memang yang nggak becus kerja, atau bisa jadi karena terlalu banyak ia menanam jasa padaku. Aku nggak bakalan lupa kalau dia yang merawatku sejak bayi, memenuhi segala kebutuhanku yang ditinggal mati Ibuk setelah melahirkanku. Aku nggak pengen nyari Bapakku yang cuma bisa titip benih ke kandungan Ibuk, tapi nggak pernah tanggung jawab. Sampai aku segede ini, nggak pernah sekalipun Bapak menjenguk atau bahkan sekedar mencari. Dan aku juga nggak pernah tau siapa Bapakku, tapi itu nggak penting.

Kadang kala aku tuh pengen lari, meninggalkan manusia kasar yang hobinya melukai batin dan tubuhku. Aku capek dikata-katain kalau salah. Diomeli dari A sampai Z. Aku bosan dipukuli ketika dianggap nggak nurut sama si Lek. Bener-bener manusia kejam. Sakit aku, bener-bener sakit. Pengen kabur, tapi kabur ke mana, aku cuma kenal sama Lek Paidi. Biarpun jahat sama aku, tapi nggak pernah telat ngasih makan aku. Biarpun sepi nggak ada kerjaan dan nggak ada yang ngasih uang, jatah makanku nggak pernah dikurangi, meski dia sendiri nggak makan. Sebenarnya aku rela banget berbagi makanan sama dia, tapi dia nggak mau makan makanan jatahku, katanya biar aku selalu kuat kerja dan nggak jatuh sakit.

Nah, perhatiannya yang gitu itu yang bikin aku mikir dua kali, apalagi kalau dia pas merayu, sambil mengelus-elus tubuhku ia mengatakan bahwa hanya aku miliknya di dunia, serasa dunia milik berdua, lupa dengan segala perlakuan jahatnya sama aku. Aku terima saja disebut binatang sama Si Lek, yang penting aku bukan binatang jalang, tapi aku ini binatang malang yang butuh kasih sayang. 

Dear Diary, meski sedih aku tetap harus makan, biar kuat, kuat menghadapi kenyataan gitu loh. Habis makan aku mau tidur, supaya besok fit lagi untuk kerja. Tadi Lek Paidi sudah bilang kalau besok ada muatan kelapa punya Pak Bayan, dan aku, si Sapi yang baik hati, selalu siap untuk menarik gerobak setiap hari.

Ketemu besok lagi ya Diary. Caiyo...

Love you.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun