Mohon tunggu...
Yati Kurniawati
Yati Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Penyuka Puisi dan Cerpen

Aku orang biasa yang tak ingin hanya biasa-biasa saja, terus belajar dan berkarya tuk mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, suatu saat pasti bisa menjadi luar biasa. \r\nJourney Of My Life at http://yati-kurniawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Kok Cengengesan

18 Januari 2012   03:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru kok cengengesan, mbok ya serius napa? Guru tuh harusnya pasang wajah datar,  berwibawa, syukur-syukur sangar. Pasang wajah segalak mungkin, biar dihormati murid-murid. Sama murid kok sukanya cengengesan, menjatuhkan wibawa guru aja. Ngajar kok sambil cengengesan, ya jelas aja kelasnya ramai muridnya ketawa ketiwi, mau jadi pelawak to? Jam pelajaran tuh harusnya tenang, nggak ada murid-murid yang berani mengeluarkan suara, itu baru guru jempolan yang berwibawa di depan murid. Pasti  pbm kondusif  karena semua murid duduk tenang tanpa suara sedikitpun mendengarkan guru mengajar.

?#^**&2$^P*O#$@E@%!(!)__!??# dll, dst, dsb, dkk.

Kata pepatah, kucing mengeong kafilah berlalu.  Biarin aja dibilang guru cengengesan. Biarin aja  dikata-katain dengan kalimat yang bikin merah telinga. Aku memang bukan guru feodal yang harus menjaga jarak dengan murid supaya dihormati dan ditakuti. Aku lebih senang menyegarkan suasana kelas dengan tebaran senyuman gurunya yang seperti Monalisa :-). Menyenangkan melihat murid-murid senang.

Nggak perlu tebar pesona, toh otomatis murid-murid terpesona dengan gurunya yang ramah, mau ngobrol, dan suka bercanda dengan murid.  Rasa hormat akan datang menyertai dengan sendirinya, wibawa tidak identik dengan pasang sikap sangar. Apa sih enaknya membuat murid merasa tertekan? Apakah ditakuti oleh murid itu sebuah kebanggaan? Sampai-sampai baru mendengar derap langkah sepatu gurunya mendekat, murid langsung terdiam bungkam seribu bahasa dan duduk dalam posisi siap tanpa cela.

Menyebar virus kegembiraan di kelas bagiku lebih bermakna lebih daripada menebar ketakutan. Toh ketakutan murid itu cuma semu,  sikap diam yang ditunjukkan terbungkus kepalsuan padahal benaknya penuh dengan rangkaian kata-kata yang siap diteriakkan.  Kalau muridnya merasa bahagia selama pelajaran, sama gurunya pasti kan juga senang, minimal jadi suka juga sama pelajarannya. Suka dengan pelajaran diawali dengan rasa suka pada gurunya.

Jadi guru kok cengengesan? Biarin. Aku ingin kehadiranku membawa kegembiraan. Cengengesan is the best lah pokoknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun