Mohon tunggu...
IAS
IAS Mohon Tunggu... - -

Saya menulis, karena dunia ini sementara, sedang tulisan akan selalu abadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Inilah Alasan Kenapa “Warunk Mie” di Bandung Ini Laris

3 November 2016   10:28 Diperbarui: 3 November 2016   14:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Brand Orbit milik Noc-Associates)

Pada tahun 2013, salah satu PT (Perseroan Terbatas) di Bandung memulai sebuah ide cemerlang tentang membawa kembali kejayaan makanan-makanan lokal untuk bersaing di pangsa pasar yang kala itu dipenuhi oleh hiruk-pikuk pengaruh makanan dari budaya luar. Lahirlah brand pertama mereka dengan mengusung makanan Nasi Goreng yang menawarkan cita rasa khas nusantara dengan paduan rempah-rempah lokal. Tak puas dengan hanya menu nasi goreng, mereka membuat terobosan brand kedua, kali ini mereka mengusung Baso yang memiliki variasi rasa yang unik. And last but not least, munculah brand ketiga mereka bernama Warunk Upno**** yang sampai saat ini masih sangat digandrungi oleh para muda-mudi di Bandung.

Nah, brand terakhir mereka bernama Warunk Upno**** ini yang menjadi fokus perhatian saya untuk mengulasnya dari sudut pandang branding. Tapi sebelum terlalu jauh kita melangkah (tjiee), kalian tahu nggak apa brand and branding itu? kalau belum, kita coba paparkan secara sederhana di sini. Menurut Walter Landor (Founder of Landor Associates) mendeskripsikan brand sebagai sesuatu yang diciptakan di dalam pikiran manusia. Wah, keren kan? Yap!Brand itu memiliki arti lebih dari sekedar logo, gambar, tulisan, dan visi-misi. Hal-hal tersebut justru hanya merupakan komponen kecil dari sebuah brand. Lalu selanjutnya, apa itu branding? menurut Jay Baer, (Author with Amber Naslund of the New Revolution) mengartikan branding sebagai sebuah seni dalam menyejajarkan apa yang orang pikirkan tentang perusahaan anda, dengan apa yang sebenarnya mereka pikirkan tentang perusahaan anda. Branding di sini adalah upaya menciptakan keselarasan tentang keinginan perusahaan untuk menyampaikan pemikiran/gagsan mereka pada khalayak umum melalui brand yang dimilikinya. Kalau gitu, sekarang udah pada ngerti kan apa bedanya?

Kita kembali lagi yuk ke Warunk Mie ini sebagai bahan inti untuk kita ulas di sini. But first let me introduce myself, nama saya Ias, saya bekerja di Noc-Associates, perusahaan Brand and Digital Agency, dan kami memiliki sebuah Brand Orbit. Salah satu komponen dari Brand Orbit milik kami adalah Brand Strategy yang terdiri dari; Brand Positioning, Brand Promise, Brand Voice,dan Brand Architecture. Apabila merujuk pada Warunk Mie ini, dengan ditinjau dari sisi Brand Strategy milik kami, maka dapat kami uraikan ulasannya sebagai berikut:

Pertama, kita ulas dari sisi Brand Positioning milik Warunk Mie ini. Posisi brand mereka adalah untuk muda-mudi dengan range umur sekitar 15-30 tahun. Kenapa kami asumsikan demikian? Karena dilihat dari daftar harga yang mulai dari sekitar Rp. 5.000-30.000 (tentunya sesuai dengan kantong anak kos, sekolah, dan kuliahan), lalu tempat yang dilengkapi dengan wi-fi (pastinya cocok untuk berkumpul bersama teman-teman sambil negrjain tugas), posisi tempat duduk yang mayoritas disediakan untuk 4-20 orang (cocok buat ngomonginorang), dan dekorasi yang “hits” serta pramusaji-pramusaji yang berjiwa muda nan cantik dan tampan (kalau ini buat cuci mata). Dari tinjauan-tinjauan tersebutlah terlihat jelas Brand Positioning milik mereka yang menyasar kalangan muda-mudi.

Kedua, kita lihat dari sudut pandang Brand Promise, atau Janji dari Warunk Mie ini. Sesuai dengan posisi dari Brand Positioning mereka, yaitu untuk anak muda, maka janji yang ditawarkan pun pastilah relevan, seperti yang diidam-idamkan oleh anak muda pada umunya, yaitu; harga yang murah, tempat yang nyaman, dan harus hits pastinya. Tapi, apa alasan dari janji tersebut? Sederhananya mereka menjanjikan sebuah tempat nongkrong yang anak muda banget, karena itulah mereka tepati janji tersebut selaras dengan harga menu yang mereka tawarkan, fasilitas yang mereka sediakan, dekorasi yang mereka tampilkan, dan pelayanan yang mereka lakukan. Sesederhana itulah janji-janji mereka.

Ketiga, kita lihat dari sisi Brand Voice. Suara dari brand mereka tentunya suara yang harus memenuhi aspirasi-aspirasi anak muda. Maka tak heran, suara anak muda dari Brand Voice milik mereka dapat dilihat dari website dan gaya komunikasinya. Dalam kolom about us, gaya komunikasi yang mereka sampaikan sangatlah ringan, nyeleneh, dan terkesan slang. Terlihat jelas ekspresi “anak muda” yang ingin mereka suarakan dan sampaikan dari segi tulisan, tampilan website, dan Brand positioning maupun Brand promise mereka, yang termanifestasikan melalui website yang dimilikinya.

Keempat, kita lihat dari sudut pandang Brand Architecture. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, PT yang mengelola mereka ini memiliki tiga brand, yaitu; Nasgor, Baso, dan Warunk Mie. Dalam Brand Architecture PT mereka terlihat jelas perbedaan dari Warunk Mie ini. Dua brand sebelumnya, Nasgor dan Baso telah mengklaim satu produk berdasarkan nama brand mereka, yaitu nasi goreng dan baso. Berbeda dengan Warunk Mie ini yang hanya mengkalim nama “Warunk”. Oleh karena itu, mereka dapat leluasa menyajikan menu yang bervariatif, tidak terhalang oleh nama satu produk dan membedakan segmentasi pelanggan untuk brand mereka sendiri.

Setelah dipaparkan secara ringkas, lalu apa dampak dari Brand Strategy itu? dampaknya jelas, mereka menjadi Warunk paling laris dan hits di Bandung. Alasannya karena penerapan strategi merk mereka berhasil menggaet pangsa pasar yang didominasi oleh kaum muda. Oleh karena itu, Penerapan Brand Strategy (strategi merk) dalam sebuah perusahaan sangatlah berperan penting. Ibaratnya itu adalah sebuah langkah awal sebelum kalian memulai langkah-langkah lain. Seperti Warunk Mie di atas, dampak dari Brand Strategy mereka dapat kalian lihat dan rasakan sendiri. Sejak mereka berdiri pada tahun 2014 lalu, mereka telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Mereka bahkan berhasil mengepakkan sayapnya ke berbagai provinsi dan daerah di Indonesia. Harga Franchise restoran mereka pun, menurut informasi yang didapat sudah hampir mencapai 3 (tiga) milyar. BUSET! Angka yang fantastis bukan?. Maka dari itulah, jika kalian memiliki perusahaan dan masih bingung menerapkan Brand Strategy kalian carilah kami di (www.noc-associates.com) ceritakan masalah anda, dan jangan anda pendam sendirian. (IAS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun