Membicarakan pelatih baru untuk Timnas Indonesia selalu memunculkan pertanyaan yang menggelitik. Sebagai orang awam, saya hanya bisa melihat dari kursi penonton, mencoba memahami kerumitan dunia sepak bola. Tapi tetap saja, ini menarik. Apalagi, setelah Shin Tae-yong meninggalkan jejak prestasi yang begitu kentara.
Lihatlah, Shin membawa Timnas ke final Piala AFF 2020, meraih perunggu SEA Games 2021, hingga mencatatkan sejarah lolos ke Piala Asia U-23 2024. Tak hanya itu, ia juga berhasil menaikkan ranking FIFA kita dari 173 ke 129. Capaian itu, menurut saya, seperti barometer baru. Pelatih berikutnya harus menyamai, kalau tidak mau disebut gagal. Tapi, apakah itu realistis?
Melatih Timnas Indonesia jelas bukan pekerjaan mudah. Ekspektasi masyarakat terlalu besar, sering kali melebihi kapasitas yang ada. Kita ingin menang cepat, tanpa memikirkan proses panjang di baliknya. Pertanyaan saya, apakah pelatih baru ini akan diberikan waktu yang cukup? Atau, dia akan langsung dihujani kritik jika hasil pertama tidak memuaskan?
Kemudian, ada soal gaya bermain. Shin Tae-yong dikenal berani memainkan pemain muda. Strateginya mungkin belum sempurna, tapi dia membuktikan keberanian itu membuahkan hasil. Saya ragu, pelatih baru nanti akan mengambil risiko serupa. Bisa saja, ia malah memilih jalan aman dengan memprioritaskan pemain yang sudah matang. Tapi, apakah itu baik untuk regenerasi?
Soal Liga 1 juga tak kalah penting. Pelatih baru harus memahami bahwa kompetisi lokal kita memiliki pemain-pemain yang berkembang pesat. Tetapi, apakah ia akan cukup paham, atau hanya mengandalkan laporan stafnya? Kalau sampai salah memilih pemain, kritik tentu akan datang lagi.
Shin Tae-yong telah menetapkan standar yang cukup tinggi, tapi juga meninggalkan tantangan besar. Salah satunya, bagaimana melanjutkan pencapaian ini sambil menjaga konsistensi. Pelatih baru harus bisa menjawab itu. Tapi, apakah PSSI akan memberikan kebebasan kepadanya untuk bekerja tanpa intervensi?
Sebagai penonton biasa, saya merasa khawatir sekaligus penasaran. Apakah kita sebagai pendukung siap memberikan waktu dan ruang bagi pelatih baru? Atau, kita akan terburu-buru menuntut hasil instan?
Bukankah, dalam sepak bola, yang terpenting adalah membangun fondasi untuk masa depan? Jika hanya mengejar kemenangan jangka pendek, lalu apa yang sebenarnya kita cari?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H