Pada titik ini, saya merasa masa depan bisnis kuliner akan bergantung pada dua hal: adaptasi teknologi dan pemahaman terhadap pasar lokal. Tidak semua bisnis kuliner cocok diubah menjadi korporasi besar. Ada romantisme dalam makanan lokal, seperti bakmi, yang jika dikomersialkan berlebihan malah kehilangan daya tariknya.
Namun, Djarum bukan pemain sembarangan. Akuisisi ini bukan sekadar menambah koleksi bisnis. Mereka pasti sudah menghitung langkah ke depan. Salah satu kemungkinan adalah mengembangkan Bakmi GM sebagai merek global. Jika ini terjadi, tahun 2025 bisa menjadi awal bagi bisnis kuliner Indonesia untuk lebih dikenal di kancah internasional.
Tantangan Bisnis Kuliner di 2025
Selain persaingan yang semakin sengit, tantangan lain di bisnis kuliner adalah biaya bahan baku. Harga pangan cenderung fluktuatif, apalagi dengan ancaman perubahan iklim. Di sisi lain, konsumen semakin cerdas. Mereka ingin makanan yang berkualitas, sehat, dan terjangkau. Ini bukan permintaan mudah untuk dipenuhi.
Belum lagi persoalan tenaga kerja. Bisnis kuliner membutuhkan banyak pekerja, dari koki hingga pelayan. Tapi menjaga motivasi dan produktivitas karyawan tetap menjadi pekerjaan rumah yang besar.Â
Di sini kita melihat paradoks bisnis kuliner. Sederhana di luar, rumit di dalam. Akuisisi Bakmi GM menjadi contoh bahwa di balik semangkuk bakmi yang lezat, ada strategi bisnis bernilai miliaran rupiah.
Bisnis Kuliner Bukan Sekadar Makanan
Yang membuat bisnis kuliner menarik adalah keterkaitannya dengan budaya dan emosi. Bakmi GM, misalnya, bukan sekadar restoran. Ini adalah bagian dari memori kolektif banyak orang Indonesia. Menjaga hubungan emosional inilah yang harus jadi prioritas, bahkan ketika bisnis ini ingin tumbuh lebih besar.
Akhirnya, masa depan bisnis kuliner di tahun 2025 akan ditentukan oleh keseimbangan antara inovasi dan tradisi. Djarum, dengan semua sumber dayanya, punya peluang untuk membawa Bakmi GM ke level berikutnya. Tapi ini bukan jaminan. Di bisnis kuliner, yang terlihat sederhana sering kali yang paling sulit dipertahankan.
Apakah ini langkah yang benar? Kita lihat saja nanti. Untuk saat ini, akuisisi ini sudah cukup memberi sinyal bahwa bisnis kuliner bukan lagi sekadar bisnis kecil-kecilan. Ada uang besar di sini, dan tentu saja, ada risiko yang tidak kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H