Desa Jambuwer terletak di Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang yang berada di selatan lereng Gunung Kawi. Desa Jambuwer merupakan desa yang memilik banyak potensi dalam segi pertanian, peternakan, pariwisata dan masih banyak yang lainnya. Salah satunya adalah pengelola tempe.Â
Pengelola tempe di lakukan oleh sepasang suami-istri yaitu bapak Toyo dan ibu Darni yang merupakan warisan temurun dari orang tua mereka. Untuk tempe yang di hasilkan mereka beda dengan tempe pada umumnya. Tempe yang mereka hasilkan lebih gurih dibanding yang lain. Memulai bisnis usaha tempe sudah 33 tahun mulai dari tahun 1991 sehingga sekarang, maka dari itu mereka memiliki banyak sekali pelanggan. Faktor yang mempengaruhi mereka untuk usaha pengelolaan tempe yaitu di karenakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga sudah menjadi warisan turun-temurun.
Modal awal dalam pengelolaan tempe yaitu 15 kg hingga kini sudah mencapai 40 kg sampai 50 kg perharinya. Mereka juga sudah memiliki banyak sekali pelanggan yaitu seperti 15 lebih tukang sayur yang setiap hari berdatangan untuk membeli tempe kepada mereka. Untuk harga nya mereka mematok mulai dari Rp. 2.500,00 per tempenya sampai Rp. 4.000,00 perkilonya dan di pasarkan oleh tukang sayur mulai dari harga Rp. 3000,00. Keuntungan setiap hari yang di beroleh oleh bapak Toyo dan ibu Darni mencapai Rp. 200.000,00 sampai Rp. 300.000,00 perharinya.
Memproduksi tempe hanya di lakukan oleh bapak Toyo dan ibu Darni saja akan tetapi untuk pemasaran nya mereka di bantu oleh anaknya. Pemrosesan kedelai menjadi tempe biasanya beliau lakukan di pagi hari pukul 02.00 sampai 05.00 pagi hari. Kemudian memproses kembali pukul 04.00 sampai 06.00 sore hari. Dalam memproduksi tempe mereka masih menggunakan alat tradisional dan juga memerlukan waktu yang lumayan lama. Kedelai yang pake untuk pembuatan tempe mereka membeli di pasar Kepanjen yang sudah menjadi langganan sejak lama untuk satu kali pembelian biasanya  dengan sekitaran 1 ton sampai dengan 3 ton kedelai. Biasa nya dalam 1 ton kedelai dapat di produksi selama 1 bulanan.
Proses untuk pembuatan kedelai menjadi tempe yaitu mencuci bersih kedelai lalu perebusan awal. Setelah di rebus kedelai tersebut di giling menggunakan mesin giling untuk pengupasan kulitnya. Selanjutnya setelah di giling kedelai tersebut di direndam. Kemudian di rendam kembali menggunakan air dingin selama satu malam. Lalu perebusan lanjutan bersamaan dengan air yang di gunakan untuk merendamnya atau biasa nya di sebut dengan cuka dan ragi kemudian di keringkan satu malam. Setelah itu proses terakhir pemasukan ke dalam plastik selama 2 malam untuk menjadi tempe yang gurih. Untuk limbah tempe oleh mereka digunakan untuk memberikan makan hewan ternaknya yaitu kambing. Disamping usaha pengelolaan tempe mereka juga mengelola pertanian dan juga peternakan. Pada saat dekat lebaran mereka juga menerima pesanan bakalan tempe dari tetangga-tetangga nya yang akan di jadi kan keripik tempe.
Dibalik keberhasilan mereka juga pernah ditawarin modal pemerintah untuk kerja sama namun mereka menolaknya. Mereka juga pernah mengalami kerugian sekitar 5000kg di karenakan pemrosesan kedelai menjadi tempe gagal. Selain itu juga terdapat banyak pesaing, akan tetapi itu tidak membuat mereka putus asa hingga sekarang mereka menjadi satu-satunya pengelola tempe yang masih berjalan sampai saat ini di Desa Jambuwer Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H