Mohon tunggu...
Yasser ChalilRantisi
Yasser ChalilRantisi Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter

Freelance Copywriter & penulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Hukum

300 Triliun dan 6.5 Tahun Penjara: Sebuah Disonansi dalam simbol Keadilan Kasus Korupsi Harvey Moeis

4 Januari 2025   23:16 Diperbarui: 4 Januari 2025   23:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vonis 6,5 tahun penjara terhadap Harvey Moeis atas kasus korupsi yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah telah memicu perdebatan sengit di tengah masyarakat. Di balik angka-angka yang fantastis dan vonis yang terkesan ringan, tersimpan simbol-simbol yang kompleks dan saling terkait. Melalui lensa teori semiotik, kita dapat mengungkap bagaimana tanda-tanda dan makna yang terkandung dalam kasus ini membentuk persepsi publik dan menguatkan sistem yang tidak adil.

300 Triliun : Simbol Kegagalan Sistematik

Angka "ratusan triliun" bukanlah sekadar angka, melainkan simbol kegagalan sistemik dalam mencegah dan memberantas korupsi. Angka ini begitu besar sehingga sulit dibayangkan oleh masyarakat awam, menciptakan jarak psikologis antara pelaku korupsi dan dampak perbuatannya. Angka ini juga menjadi simbol kekuasaan yang tak terbatas, di mana segelintir orang dapat merugikan negara secara masif tanpa konsekuensi yang sepadan.

6,5 Tahun: Simbol Impunitas

Vonis 6,5 tahun penjara terasa seperti tamparan ringan bagi kejahatan sebesar korupsi yang merugikan negara ratusan triliun rupiah. Angka ini menjadi simbol impunitas, di mana pelaku korupsi seolah-olah diberi karpet merah untuk terus melakukan tindakan yang sama. Vonis ini juga mengirimkan pesan kepada masyarakat bahwa korupsi adalah kejahatan yang dapat ditoleransi, selama pelaku memiliki kekuasaan dan koneksi.

Bahasa Hukum: Kode Tertutup yang Melindungi

Bahasa hukum yang digunakan dalam persidangan seringkali menjadi tembok pembatas antara masyarakat dan proses peradilan. Istilah-istilah hukum yang kompleks dan prosedural membuat masyarakat kesulitan memahami kompleksitas kasus korupsi. Bahasa hukum yang berbelit-belit ini berfungsi sebagai kode tertutup yang melindungi pelaku korupsi dari pengawasan publik.

Media Massa: Pembentuk Opini atau Alat Propoganda?

Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk opini publik. Namun, seringkali media massa lebih fokus pada aspek sensasional dari kasus korupsi, daripada pada akar masalahnya. Hal ini membuat masyarakat sulit untuk melihat hubungan antara tindakan korupsi dengan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Media massa juga seringkali digunakan sebagai alat propaganda oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk membenarkan tindakan korupsi.

Kasus Harvey Moeis juga memperlihatkan bagaimana simbol-simbol kekuasaan dan status sosial memengaruhi persepsi publik terhadap korupsi. Status sosial Harvey Moeis sebagai suami seorang artis terkenal membuat kasus ini menjadi lebih menarik perhatian media. Hal ini dapat mengalihkan perhatian publik dari akar masalah korupsi, yaitu sistem yang korup dan lemahnya penegakan hukum.

Kasus korupsi Harvey Moeis adalah sebuah fenomena sosial yang kompleks yang tidak dapat hanya dilihat dari sudut pandang hukum semata. Melalui lensa semiotik, kita dapat mengungkap bagaimana tanda-tanda dan makna yang terkandung dalam kasus ini membentuk persepsi publik dan menguatkan sistem yang tidak adil. Untuk mengatasi masalah korupsi, kita perlu melakukan perubahan mendasar pada sistem, termasuk reformasi hukum, peningkatan transparansi, dan penguatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun