[caption id="" align="aligncenter" width="269" caption="Gus Ali (Sumber : http://3.bp.blogspot.com)"][/caption] Akhir bulan Januari lalu kantor kami mengundang KH Agoes Ali Masyhuri untuk memberikan pencerahan kepada para petani tebu dan pabrik gula pada acara pelatihan mekanisasi untuk petani tebu rakyat. Beliau salah satu Kiyai terkenal di Jawa Timur yang merupakan pimpinan pondok pesantren Bumi Shalawat di Tulangan, Sidoarjo. Lebih dikenal dengan panggilan Gus Ali. Daerah Sidoarjo merupakan salah satu sentra tanaman tebu sejak jaman dulu dimana terdapat beberapa Pabrik Gula di sana. Sebelumnya saya banyak mendengarkan ceramah beliau melalui You Tube atau di TV9. Kalau di TV9 beliau biasanya memakai laptop yang dioperasikan sendiri, dan meskipun usia beliau sudah 60 tahun lebih seakan beliau tidak pernah kehabisan tenaga dengan gerakan tubuh bolak-balik antara duduk bersila memegang laptop dan berdiri untuk memberikan ceramahnya.
Walaupun judul tulisan ini nasihat untuk petani tebu dan pabrik gula, di tengah menumpuknya permasalahan pertebuan dan impor gula di negara kita, tetapi kalau yang memberi tausyiah itu seorang Kiyai tentu saja manfaatnya bukan terbatas hanya untuk petani tebu, tetapi untuk semua orang yang bekerja di bidang apa pun asalkan mau membuka dan merendahkan hati untuk menerima ilmu dan nasihat.
[caption id="attachment_367773" align="aligncenter" width="529" caption="Ceramah Gus Ali (dokumen pribadi)"]
Ceramah Gus Ali yang penuh dengan guyonan segar khas beliau membuat waktu tidak terasa berlalu 1 jam lebih. Tiap sebentar terdengar suara tawa peserta yang berjumlah sekitar 200 orang. Yuk kita simak beberapa point penting dan menarik yang saya rekam dan saya catat.
Orang yang tidak mampu berpikir positif maka sepanjang hidupnya orang itu tidak akan menemukan indahnya hidup. Berpikir positif adalah separuh dari kesuksesan seseorang. Allah tidak pernah menjanjikan langit terus cerah tanpa mendung, Allah tidak pernah menjanjikan air laut pasang terus tanpa surut, seperti firman Allah “Fainna ma’al ‘usri yusraa” (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, QS Al-Insyirah : 5).
Bersama kesulitan pasti ada kelapangan, bersama masalah pasti ada solusi, bersama penyakit pasti ada obatnya, bersama kegagalan ada kesuksesan, bersama musibah ada berkah. Orang yang tidak mampu berpikir positif maka kegagalannya bukan karena dikacau oleh orang lain tapi karena kekerdilan dirinya sendiri.
Langkah cerdas untuk menjadi pribadi yang mampu berpikir positif adalah usahakan bergaul dengan orang-orang baik. Pengaruh pergaulan sangat kuat mempengaruhi kepribadian seseorang. Pesan Nabi SAW : Seseorang berada pada keagamaan temannya, maka lihat seorang diantara kamu siapa temannya.
Orang yang sukses tidak berangkat sendiri. Jika ada orang sukses lihatlah siapa teman dekatnya, lihatlah orang-orang yang dikumpuli setiap harinya. Imam Al Ghazali mengatakan seseorang tidak akan bisa menjadi teman akrab dan sejati manakala tidak ada kesamaan hobi dan kelakuan. Sayyidina Umar bin Khatab mengatakan jika ada orang sukses dan berhasil, tanyalah 2 hal : siapa ibu yang melahirkannya dan siapa istrinya.
Kebanyakan dari kita masih terjebak pada simbol-simbol. Sebagai contoh kualitas gula kita kalah dengan gula luar karena gula luar lebih putih dan bersih padahal secara rohnya masih menang gula kita karena menggunakan sedikit saja sudah terasa manis. Gula kita tidak laku karena yang dari luar terlalu banyak masuk, harga sedikit lebih murah, dan tampilan/produk/kemasan lebih menarik.
Saydina Ali bin Abi Thalib mengatakan orang yang makan bersamamu belum tentu sahabatmu. Sahabatmu yang sejati adalah orang yang mau datang, mengerti dan membantu tatkala kita dirundung masalah atau kesusahan. Carilah sahabat yang layak dijadikan sahabat. Begitu juga dengan usaha pertanian, petani kumpullah dengan orang-orang yang punya komitmen dengan dunia pertanian. Jadilah petani tebu yang komitmen tentang pertanian, mengerti bagaimana cara memupuk, pengairan, menanam yang baik, mengerti tentang bibit, dan mengerti cara memproduksi dan menjualnya.
Harus fokus. Salah satu kunci sukses adalah fokus, ibarat kalau sudah punya piring gak usah cari piring lain, kalau sudah tebu ya sudah harus fokus ngurusi tebu, pasti nanti Allah akan memberi. Bila tidak fokus maka akan kehilangan daya obyektivitas didalam memandang masalah. Yang realitasnya jelas tidak dimanfaatkan tapi yang tidak jelas dicari, dan ini merupakan suatu kebodohan.
Di Era global ini pengaruh media sangat luar biasa. Barang siapa mampu menguasai media maka mempunyai separoh peluang kemenangan dalam membentuk opini publik. Media banyak tapi bukan kita yang punya, kita terlalu miskin dalam media. Kita tidak pernah menjadi subjek, tapi selalu jadi objek. Begitu macetnya permasalahan gula karena kita kalah dalam media. Gula impor laris manis tidak berangkat sendiri. Mereka nyuwuk dengan media, kita dengan menyan, jadinya kalah terus. Menyannya orang sekarang adalah blog, twitter, fb, dan media sosial lainnya. SDM kita banyak yang belum berpikir kesana. Kekuatan orang lain bermacam caranya, lalu bagamana cara kita bisa safety dalam menguasai pasar. Tidak cukup hanya dengan istighotsah, harus dicari akar masalahnya. Gula luar masuk tidak terkendali karena kalangan kita kurang fokus dalam menghadapi persoalan ini.
Terakhir Gus Ali berpesan begini :
Sing fokus yo, sing fokus, ojo keakehan polah, nek sampeyan petani yo kumpul karo wong sing sesuai, gaya hidupne dicocokno. Sampeyan lek kepengen sugih sing fokus, usahakan bangun di 1/3 malam yang terakhir, tak kek-i wiridan lakonono tenanan, “Subhanallah wabihamdihii, subhanallaahhil’azim, astaghfirullah”. Insya Allah lancar, kesulitan akan diberi jalan keluar oleh Allah. Apa sebab, karena kelapangan rezeki bukan karena banyaknya teori dan kalkulasi, panjangnya umur bukan karena banyaknya bulan dan tahun, lapangnya rezeki dan panjangnya umur karena berkah. Berkah itu dari Allah. Ukuran berkah tidak bisa diukur dengan deret hitung. Deret ukur itu kehendak Allah SWT. Nek Allah paringi ora ono wong kang iso cegah, nek Allah cegah ora ono wong kang iso maringi. Bahasa agamanya “Fa’alullima yurid”.
Terima kasih sudah membacanya, semoga bermanfaat. Salam Kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H