Mohon tunggu...
Yasmin Adlina Dhiyavia
Yasmin Adlina Dhiyavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Self-Diagnosis di Kalangan Gen Z: Tren Media Sosial yang Harus Diwaspadai

29 Desember 2024   09:59 Diperbarui: 29 Desember 2024   10:12 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self-Diagnosis. Sumber Ilustrasi: FREEPIK

Media sosial memainkan peran dalam meningkatkan kesadaran dan diskusi tentang kesehatan mental, termasuk self-diagnosis. Penggunaan media sosial untuk berbagi informasi dapat mengurangi stigma dan mendorong pencarian perawatan yang tepat. Kalkulator kesehatan mental sebaiknya menjadi alat screening yang membantu evaluasi kesehatan mental, tetapi banyak pengguna Gen Z yang tidak melanjutkan tindakan setelah menggunakan aplikasi tersebut dan cenderung memvalidasi diri berdasarkan hasil aplikasi. Banyak juga yang melakukan self-diagnosis untuk mendapatkan perhatian di media sosial.

Fenomena self-diagnosis melalui kalkulator kesehatan mental menjadi tren di kalangan Gen Z. Meskipun alat ini meningkatkan kesadaran, akurasi dan reliabilitas diagnosis yang diberikan menjadi masalah. Penggunaan alat ini tanpa konsultasi profesional bisa memperburuk kondisi mereka. Peningkatan kesadaran dan akses informasi tentang kesehatan mental di kalangan Gen Z juga membawa dampak positif dan tantangan tersendiri. Menurut penelitian Naslund et al. (2020), 81% Gen Z mencari informasi kesehatan melalui internet. Namun, risiko penyebaran informasi tidak akurat juga meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan informasi yang tersedia dapat dipercaya dan mendorong pencarian bantuan profesional.

Beberapa Penyakit Kesehatan Mental yang Sering Dialami Remaja

1.  Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang sering disalahartikan dan dan banyak yang melakukan self-diagnosis bahwa dirinya terkena bipolar. Bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis, di mana penderita bisa sangat bahagia lalu sangat sedih. Banyak orang mengklaim menderita bipolar hanya karena suasana hati yang berubah-ubah, padahal itu hal yang wajar. Diagnosis gangguan bipolar melibatkan banyak indikator yang digunakan oleh ahli. Gangguan ini dapat berlangsung seumur hidup dan dapat memengaruhi aktivitas penderitanya. Terapi dan obat dari psikiater atau psikolog dapat membantu penderita menjalani kegiatan sehari-hari. Penyebab pasti gangguan ini belum diketahui, tetapi diduga terkait dengan faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup.

2.  Anxiety

Anxiety adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kecemasan berlebihan. Pengidapnya merasa cemas dan ketakutan tanpa sebab yang jelas. Gangguan ini bisa disebabkan oleh pengalaman berat atau trauma di masa lalu serta stres yang berkepanjangan. Adapula anxiety disorder yang menyebabkan penderita mengalami rasa cemas berlebih yang datang secara tiba tiba dan tanpa alasan yang jelas. Tanpa pengobatan, anxiety disorder dapat mengganggu aktivitas penderita.

3.  Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang mempengaruhi perasaan, cara berpikir, dan tindakan seseorang. Ciri-cirinya termasuk perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Seseorang dapat dinyatakan depresi jika merasakan hal ini selama 2 minggu. Jika tidak ditangani, depresi dapat menyebabkan gangguan sosial, menurunnya produktivitas, dan keinginan untuk bunuh diri. Depresi dapat menyerang siapa saja, terutama remaja dan dewasa.

Depresi pada remaja terjadi karena ketidakstabilan emosional. Pada wanita, depresi sering terkait dengan perubahan hormonal seperti menstruasi, kehamilan, setelah melahirkan, atau menopause. Namun, penyebab depresi yang lebih sering terjadi pada wanita belum ditemukan. Seseorang yang depresi umumnya menunjukkan ciri-ciri psikologi dan fisik tertentu. Ciri-ciri psikologis orang depresi meliputi rasa cemas, emosi tidak stabil, dan rasa putus asa atau frustasi. Sementara itu, ciri-ciri fisik pada seseorang yang depresi yaitu kelelahan dan tak bertenaga, pusing dan nyeri kepala tanpa sebab jelas, dan menurunnya selera makan.


Dampak Dari Self-Diagnosis

1.  Dampak Kognitif

Dampak kognitif merupakan dampak ketika seseorang bimbang atau tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah ia mengalami gangguan mental atau tidak. Ini dapat menimbulkan persepsi yang tidak normal dan membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri bahkan putus asa. Beberapa dampak kognitif yang sering dijumpai yaitu:

  • Salah Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada analisis gejala, riwayat medis, faktor lingkungan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Beberapa perlu tes lanjutan dan pengamatan untuk mengetahui masalah fisik atau psikologis. Tanpa penyelidikan lebih lanjut, tidak mungkin menarik kesimpulan hanya dengan membandingkan gejala yang dirasakan.

  • Salah Penanganan

Diagnosis yang salah dapat mengarah pada perawatan yang tidak tepat. Membeli obat setelah diagnosis sendiri dapat berbahaya. Diagnosis sendiri dapat menyebabkan efek samping karena penyakit yang berbeda memerlukan perawatan, jenis, dan dosis yang berbeda.

  • Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius

Self-diagnosis dapat memperburuk penyakit dan menambah masalah baru. Obat yang salah tidak menyembuhkan rasa sakit, tetapi menyebabkan penyakit lain. Mencari informasi kesehatan di internet dan media sosial dapat menyebabkan diagnosis diri dan menderita cyberchondria, yang menimbulkan kecemasan. Penilaian diri kesehatan mental memiliki efek negatif bagi pelaku.

2.  Dampak Efektif

Dampak efektif adalah dampak yang jelas terlihat dari data kesulitan fisik dan emosional yang dapat menyebabkan self-diagnosis. Ini juga mempengaruhi orientasi di masa depan bagi penderita self diagnosis.

3. Dampak Perilaku

Dampak perilaku ini membuat kita selalu khawatir dan berpikiran negatif tentang orang lain. Kita menjadi "optimis yang dipaksakan", dimana kita terpaksa untuk berbuat baik dan berperilaku baik di depan orang lain sehingga membuat diri kita menjadi orang yang tidak sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun