Indonesia telah mengalami peningkatan kasus bunuh diri dalam beberapa tahun terakhir, dan hal ini nampaknya sedang menjadi tren. Memburuknya kesehatan mental dan meningkatnya angka bunuh diri di kalangan generasi muda menjadi isu yang semakin diperdebatkan. Apakah ini hanya tren sementara, atau adakah faktor lain yang berperan dalam fenomena ini, seperti masalah iman atau kurangnya dukungan kesehatan mental yang memadai?
Banyak orang menganggap remeh bunuh diri karena menganggap orang lain adalah "pengecut" atau menganggap tindakan tersebut bodoh. Faktanya, bunuh diri merupakan masalah yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai faktor penyebab, antara lain faktor psikologis, sosial, genetik, biologis, dan lingkungan.
Kesehatan mental merujuk pada kesejahteraan psikologis dan emosional individu, mencakup kemampuan mengelola stres, berfungsi secara sosial, bekerja produktif, dan membuat keputusan rasional. Kesehatan mental remaja tidak hanya  berarti bebas dari gangguan mental, tapi juga mencakup aspek positif seperti kebahagiaan, kepuasan  hidup, dan ketahanan mental (Purnomosidi et al., 2023). Faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan mental remaja antara lain dukungan sosial, lingkungan keluarga,  pengalaman traumatis, tekanan akademik, dan kemampuan regulasi  emosi. Gangguan mental seperti depresi atau kecemasan berisiko membatasi fungsi remaja dan merugikan  produktivitas. Maka, pemahaman komprehensif tentang kesehatan mental remaja, termasuk pencegahan dan deteksi dini gangguan mental, sangat penting dilakukan.
Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2014 Republik Indonesia, kesehatan jiwa atau kesehatan jiwa adalah keadaan dimana seseorang mampu berkembang secara jasmani, rohani, rohani, dan sosial sehingga dapat memahami dirinya sendiri. kemampuan, mampu mengatasi permasalahan, mampu berkarya dan berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana di dalam diri individu yang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga mengetahui kemampuan dirinya sendiri, mengatasi tantangan hidup, belajar dan bekerja dengan baik. dan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat (Fitriani, 2024).
Faktor Penyebab dan Dampak Tren Bunuh Diri
Masalah bunuh diri remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan kompleks. Terdapat banyak  faktor  penyebabnya  seperti  tekanan  akademis  yang  berlebihan,  isolasi  sosial,  pelecehan  sebaya, gangguan mental, stigma terhadap bantuan psikologis, cyberbullying, hingga peran keluarga. Kompleksitas penyebab inilah yang menjadikan upaya pencegahan bunuh diri remaja menjadi sangat penting tapi juga menantang (Wibowo et al., 2021).Dampak yang ditimbulkan dari maraknya tren bunuh diri di tahun 2023 sangat  meresahkan  masyarakat.  Remaja  jadi  rentan  mengalami  cemas  dan  ketidakpercayaan  diri  akibat peristiwa bunuh diri yang mereka dengar atau saksikan. Stigma buruk  terhadap kesehatan mental juga semakin meningkat sehingga remaja yang sebenarnya membutuhkan pertolongan menjadi enggan mencari bantuan. Belum lagi risiko copycat effect yang dapat memicu lonjakan kasus bunuh diri di kemudian hari. Menangani tren ini mendesak dilakukan melalui berbagai upaya pencegahan dan edukasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Bullying atau perundungan di sekolah merupakan masalah serius yang berdampak signifikan pada kesehatan mental dan kesejahteraan korban. Peran serta masyarakat sangat penting untuk mencegah dan menangani kasus ini, mulai dari sekolah yang harus menciptakan budaya anti-bullying melalui pendidikan terkait, hingga orang tua yang  memberi dukungan moral kepada anak korban bullying (Downing et al., 2023). Sebagai ilustrasi, kasus bunuh diri seorang dokter PPDS Undip karena perundungan, Selain di Undip ada banyak sekali kasus serupa. Insiden  ini  telah memicu kemarahan publik dan desakan untuk Malakian tindakan  tegas atas kasus bullying di sekolah maupun Universitas. Berbagai elemen masyarakat perlu bahu-membahu mengatasi dan mencegah bully di lingkungan sekolah dan Universitas.
Dampak Bullying Bagi Kesehatan Mental
Dampak bullying terhadap kesehatan mental merupakan permasalahan serius yang dapat memengaruhi korban dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Studi menunjukkan bahwa pengalaman menjadi korban bullying dapat berdampak negatif secara signifikan pada kesehatan mental individu, terutama pada anak-anak dan remaja. Salah satu dampak utama dari bullying adalah terjadinya gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Depresi merupakan salah satu dampak yang sering terjadi pada korban bullying. Mereka seringkali merasa sedih, kehilangan minat dalam aktivitas yang mereka sukai, dan merasa putus asa. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan dan bahkan berpotensi memicu pemikiran atau perilaku yang merugikan diri sendiri (Wahani, 2022).