Menjadi seorang tenaga kesehatan atau yang sering kita sebut sebagai “nakes” pastinya memiliki latar belakang pendidikan tinggi karena profesi menjadi seorang nakes bukanlah profesi yang sepele. Perlu usaha ekstra untuk memiliki gelar profesi tersebut. Tetapi, belum berarti seorang nakes telah berhasil menjadi orang yang terdidik dari sisi perilaku etiknya. Karena hal ini dintentukan oleh diri kita atau individu masing-masing. Yang terpenting adalah, kita sebagai seorang nakes harus memiliki kesadaran tinggi akan tanggung jawab yang kita pikul
Selain itu, mengenai perkembangan zaman saat ini yang identic dengan internet dan dunia maya. Keduanya memanglah hal yang sangat mudah diakses dan digunakan oleh berbagai macam golongan masyarakat di zaman modern ini. Penggunaan sosial media yang merupakan bagian dari perkembangan internet juga sedang berada di tingkat tertinggi penggunaan tidak terkecuali bagi para tenaga kesehatan. Menjadi seorang nakes sendiri bukanlah hambatan untuk tetap mengikuti tren dan update di sosial media. Tetapi, tetap ada batasan tertentu yang perlu diketahui dan dipahami oleh para nakes yaitu seperti menjaga etika dan nama baik profesi yang dimilikinya. Terlebih lagi apabila konten yang di-upload yaitu berkaitan dengan pekerjaan kita sebagai nakes
Sejak awal menjalani proses menjadi seorang nakes, kita telah dilatih dan dibiasakan untuk selalu menjunjung tinggi etika mengenai bagaimana cara menangani pasien, seperti menjaga perilaku, sopan santun, bahkan rahasia dari pasien tersebut. Apabila berhasil menjaga hal-hal itu, barulah kita bisa disebut sebagai tenaga kesehatan yang layak. Tetapi dewasa ini, banyak fenomena pelanggaran etika yang dilakukan oleh beberapa nakes dan yang ingin saya fokuskan kali ini yaitu melalui media sosial seperti aplikasi tiktok.
Sebenarnya, tidak semua nakes yang menggunakan media sosial dan mengunggah konten tertentu berperilaku melanggar etika, karena ada tenaga kesehatan yang memanfaatkan media sosial menjadi sarana untuk memberikan ilmu dan edukasi dalam bentuk video, ilustrasi, dan mungkin juga tips and trick yang ditargetkan dapat sampai ke publik agar mereka lebih memahami mengenai consent kesehatan saat ini yang mungkin belum pernah mereka semua dapatkan. Nakes seperti inilah yang bisa kita sebut sebagai nakes cerdas karena mampus mencari peluang di era revolusi 4.0 saat ini, dan juga konten yang mereka angkat sangatlah bermanfaat dan pastinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia agar masyarakat bisa lebih aware mengenai masalah kesehatan yang ada sehingga hal ini pun juga dapat membantu tingkat keberhasilan profesi tenaga kesehatan untuk menumbuhkan kesadaran di masyarakat.
Tetapi, jika kita beralih membahas mengenai beberapa oknum tenaga kesehatan yang melanggar etik melalui sarana yang sama, rasanya profesi nakes ini menjadi downgrade dan tidak mencerminkan sifat yang seharusnya seorang nakes miliki, yaitu menjunjung tinggi etik itu tadi. Dari research yang telah saya lakukan di beberapa media sosial seperti Tiktok, Instagram, dan Twitter, memang nyatanya ada beberapa oknum yang melakukan pelanggaran tersebut. Nakes yang membuat konten tidak taat etik yaitu seperti membocorkan rahasia pasien melalui Twitter dan membuatnya menjadi thread atau yang sering kita ketahui sebagai ungkapan berupa cuitan status yang bersambung mengenai suatu kondisi dan ternyata pada kondisi saat ini yaitu membicarakan rahasia pasien.
Selanjutnya ada juga nakes yang membicarakan betapa buruknya kondisi pasien yang dia temui saat melakukan praktek ataupun saat dirumah sakit dan di sebar-luaskan melalui sosial media tersebut, dan juga ada berita terbaru yang saya dapatkan yaitu fenomena seorang nakes yang menceritakan pengalamannya memasang kateter pada pasien yang dia anggap tampan dan melakukan hal-hal yang tidak taat etik dan malah menjadikan pengalaman tersebut sebagai konten dan menyebarluaskan hal tersebut melalui Tiktok. Dan lagi ternyata, terkuak fakta bahwa ternyata konten tersebut adalah bohong, pengalaman tersebut belum pernah dia lakukan, dan juga seseorang yang membuat konten tersebut bukanlah seorang tenaga kesehatan yang berprofesi, tetapi hanyalah seorang mahasiswa kesehatan yang baru menempuh Pendidikan awal.
Hal inilah yang membuat saya bertanya-tanya akan masa depan profesi tenaga kesehatan. Apakah menjunjung tinggi nilai etika pada profesi tenaga kesehatan akan tetap ada dan berhasil dilakukan kedepannya? Karena fenomena saat ini nyatanya, baru menjadi seorang mahasiswa saja sudah berperilaku tidak taat etik seperti ini, bagaimana jika suatu saat sudah menjalani profesi tenaga kesehatan?
Kembali lagi, nyatanya kita tidak bisa memukul rata bahwa kesalahan yang dilakukan para oknum ini akan dilakukan juga oleh nakes dan juga calon nakes lainnya. Hanya saja, sebagai penanggulangan sebaiknya kita juga menegakkan lagi betapa pentingnya kesadaran diri dan tanggung jawab masing-masing individu akan etika yang harus selalu dipegang erat dan diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan bermasyarakat kita semua khususnya bagi seorang tenaga kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H