Mohon tunggu...
Yasmin Damayanti Viernadi
Yasmin Damayanti Viernadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suroboyo Bus, Solusi Unik Pengurangan Sampah Plastik yang Kebijakannya Terus-terusan Diutak-atik

20 Juni 2024   23:20 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya turut berduka cita kepada Suroboyo Bus, atas penerimaan sampah plastiknya yang semakin sekarat.

Suroboyo Bus memberikan sedikit solusi atas masalah sampah yang sering menumpuk dan tak terkondisikan. Namun kini, warga tak perlu risau lagi, sebab Suroboyo Bus bisa menjadi tempat penampungan sampah, yang juga bisa jadi tiket bus!  Sejak dirilis pada April 2018, bus merah yang kerap disapa “Bus Tayo” ini hampir tak pernah sepi oleh para “penggemar”-nya.

Saya dan 3 teman adalah sebagian kecil dari fandom Suroboyo Bus, ketika masih bayar full  pakai sampah gelas dan botol plastik. Namun, sejak negara api, eh, “jalur non-sampah” menyerang, tingkat kegemaran kami pun menurun.

Sekarang, enggan sekali rasanya mengumpulkan plastik untuk ditukarkan menjadi tiket Suroboyo Bus. Para penumpang “jalur sampah” seperti kami seperti dianaktirikan dengan dengan kehadiran jalur non-sampah ini. Aturan terbaru juga membuat setiap penumpang harus memiliki aplikasi GoBis. Sangat tidak praktis, bukan? Apalagi jika sedang bersama anak kecil atau orang tua yang harus dibayarin. Belum lagi banyak penutupan pos-pos penukaran dan pembatasan pembayaran jalur sampah lainnya.

Keberadaan jalur non-sampah dan segala batasan lainnya tentu membuat orang-orang jadi malas mengumpulkan gelas dan botol plastik, kan? Dengan aturan seperti ini, para calon penumpang akan memilih jalur termudah (non-sampah) seperti QRIS ataupun kartu uang elektronik. Kalau gitu, tujuan awal buat kurangin sampah plastik jadi nggak tercapai, dong?

Ketiga teman saya pun mengamini pendapat saya. 

Salah satu teman, Cika, mempertanyakan alasan kenapa pembayaran jalur sampah harus dikasih banyak aturan, padahal itulah langkah yang bagus untuk mengurangi sampah plastik. Pada 2 tahun sejak awal perilisan, pengelola Suroboyo Bus mengakui bahwa terkumpul sekitar 200 kg sampah gelas dan botol plastik. Namun kini, sampah yang terkumpul per harinya tak sampai 10 kg. 

Padahal lumayan banget, lho, kalau bisa ngumpulin banyak sampah. Seenggaknya, sampah-sampah tersebut terpilah dengan baik dan bisa didaur ulang. Lha, kalau sekarang? Entah apa kabar sampah-sampah itu tanpa pengelolaan yang benar.

Teman yang lain, Isyana, berceletuk, “Jangan-jangan yang punya Suroboyo Bus butuh duit, tuh! Duit dari nge-loak sampah mana nutup,” serunya dengan gaya ngerumpi. Memang adalah fakta, setiap tahunnya Suroboyo Bus hanya menghasilkan kisaran ratusan juta rupiah dari sampah botol dan gelas plastik. Tentu, jumlah tersebut sangat sedikit jika harus menutup biaya operasional dan gaji pegawai. Nggak kaget, sih, kalau emang harus cari cuan.

Dan sepertinya kiat itu berhasil, Kawan. Kini, sekitar 94% penumpang Suroboyo Bus membayar menggunakan non-sampah, yaitu kartu uang elektronik (e-money) dan QRIS. Hanya sekitar 5% penumpang yang membayar dengan sampah. Sisanya adalah penumpang gratis, seperti lansia, veteran, anak bayi, dll. Pembayaran yang lebih mudah, serta aturan jalur “sampah” yang tidak praktis membuat penumpang Suroboyo Bus perlahan-lahan beralih.

Awalnya, pembayaran bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan langsung membawa botol atau gelas plastik, ataupun menukarkannya dengan Kartu Setor Sampah. Namun sejak 2021, pembayaran jalur sampah mulai banyak mengalami perubahan. Jalur non-sampah mulai berlaku di tahun ini. Selain itu, jalur sampah ditambah dengan voucher aplikasi dan tiket online di aplikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun