Mohon tunggu...
Yasmin Mulia Kurniawan
Yasmin Mulia Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Hai, namaku Yasmin Mulia! I love writing poems in my free time and I am down for any fantasy book recommendation!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terlewat Sudah 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan

20 Desember 2023   18:49 Diperbarui: 20 Desember 2023   19:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun yang lalu, tragedi yang menjadi mimpi buruk oleh penggemar sepakbola di Indonesia dan juga kenangan buruk bagi keluarga korban yang bersangkutan. Tragedi ini adalah Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022. Kejadian ini merenggut banyak sekali korban jiwa, tidak hanya orang dewasa, akan tetapi juga korban yang masih berusia dini. Lebih dari ratusan jiwa yang meninggal dikarenakan adanya penembakan gas air mata yang tidak terkontrol oleh oknum aparat tidak bertanggung jawab guna menertibkan massa. Tragedi ini juga dianggap sebagai kejadian yang paling gelap dalam sejarah sepakbola di Indonesia dan bahkan hingga tingkat dunia (Anon n.d.).

            Ada sekali banyak faktor yang akhirnya menimbulkan mengapa tragedi yang begitu mengerikan ini bisa terjadi. Mulai dari faktor penyelenggara kegiatan yang tidak bertanggung jawab dengan kondisi fisik hingga akhirnya ada intervensi dari aparat yang justru menambah keruh kondisi. Dalam membahas tragedi ini, teori struktural konflik yang dinyatakan oleh Lewis A. Coser menjadi salah pisau analisis yang cukup menarik. Dalam pernyataannya, Coser sendiri menyatakan bahwa konflik sendiri merupakan suatu situasi Dimana terjadinya pertentangan ataupun pemahaman berbeda yang mampu untuk menimbulkan permusuhan terhadap dua pihak atau lebih. Permusuhan ini akhirnya berlaku diantara dua aktor yang saling berhubungan satu sama lain. Terwujudnya konflik ini sendiri juga diakibatkan oleh adanya kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Dalam menentukan apakah akhirnya konflik ini merupakan bagian dari pembahasan Coser sendiri adalah adanya kriteria konflik yang dibagi tiga oleh Coser, yaitu: pertentangan (incompability), permusuhan (hostility), dan perilaku konflik (conflict behaviour) (Mohammad et al. 1993).

            Dengan melihat sedikit dari pisau analisis ini, muncul sedikit apa yang akhirnya bisa kita sebut konflik dalam pemahaman Coser. Dalam konflik ini juga banyak sekali hal yang bisa untuk dikuak kembali baik dari sisi penyelenggara maupun sisi dari aparat yang menembakkan gas air mata. Kita lihat secara hierarkis, penyelenggara tentunya mempunyai tingkatan lebih tinggi sebagai pihak yang memiliki 'kuasa' dalam hal menyediakan tempat dan juga sebagai event organizer. Aparat sendiri juga memiliki kuasa sebagai orang yang memiliki kendali untuk menjaga keamanan walaupun apa yang mereka lakukan akhirnya melanggar tujuan untuk menjaga keamanan warga itu sendiri. Adanya beberapa hal yang berhubungan dengan adanya tingkatan struktur dan juga penyalahgunaan jabatan yang diberikan menurut penulis menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya tragedi ini bisa terjadi. Dapat dilihat juga skala konfliknya begitu besar hingga harus untuk menggaet beberapa pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini.

            Sudah berlalu juga tragedi ini selama satu tahun dan banyak sekali hal yang masih bisa diperbincangkan, apalagi dengan konteks bagaimana penyelesaian masalah ini secara tuntas. Tragedi ini ternyata tidak hanya menjadi tragedi di hari dimana ia terjadi, akan tetapi dalam cara penyelesaiannya juga menjadi salah satu hal yang cukup memilukan. Sejenak setelah tragedi ini terjadi pada tahun 2022, banyak sekali pihak yang akhirnya mengecam PT LIB selaku penyelenggara dari pertandingan ini dan juga pihak aparat yang dianggap sebagai 'pembunuh' dari korban yang berjatuhan pada hari itu. Pihak Masyarakat, khususnya yang merupakan orang asli Malang tentunya sangat mengecam apa yang terjadi pada hari itu. Mereka melakukan banyak sekali kegiatan kolektif yang terdiri dari do'a bersama di depan balaikota Kota Malang hingga melakukan aksi untuk mendapatkan keadilan yang seharusnya. Keadilan yang harusnya didapatkan ini selain memberikan jaminan terhadap keluarga korban yang jatuh juga memberikan hukuman pada aparat yang menembakkan gas air mata di stadion pada hari itu. 

Kenyataannya, banyak hal yang tidak bisa dibuktikan untuk solusi dari pihak yang bersangkutan. Selain itu, karena tragedi ini menjadi salah satu kejadian yang sangat diperhatikan hingga skala internasional, pemerintah sendiri juga punya tempat untuk memberikan solusi dan juga berperan sebagai pihak berwenang. Namun, ada menjadi sebuah pertanyaan akhirnya dengan solusi yang diberikan oleh pihak berwenang, yaitu pemerintah. Pemerintah sendiri tidak hanya sebagai penengah dan pemberi solusi dalam permasalahan ini, akan tetapi juga sebagai pihak yang seharusnya bisa memberikan keputusan maupun hukuman bagi siapapun yang bersalah dalam tragedi ini.

            Adapun beberapa hal yang akhirnya dilakukan oleh beberapa pihak yang dianggap 'terlibat' karena terjadinya permasalahan ini memberikan solusi, salah satunya adalah permintaan maaf secara terbuka untuk masyarakat. Walaupun akhirnya permintaan maaf sendiri tidak mampu untuk mengembalikan seluruh korban yang jatuh dalam tragedi ini. Oleh karena itu, permintaan maaf yang akhirnya diberikan oleh pihak aparat akhirnya tidak mampu untuk mengembalikan siapapun yang sudah menjadi korban. Permintaan maaf yang dilakukan juga dianggap sebagai resolusi konflik yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Dengan adanya permintaan maaf ini juga membuktikan bahwa tidak adanya resolusi lebih konkret terkait dengan tragedi ini.

            Namun, sebagai seorang mahasiswa apa yang akhirnya bisa kita lakukan untuk menyelesaikan tragedi ini? Pentingnya kita untuk mengetahui terkait dengan masalah ini juga menjadi salah satu mengapa sebuah konflik dapat diselesaikan. Salah satunya adalah menyebar terkait awareness yang ada di Masyarakat untuk mengetahui terkait dengan permasalahan ini. Pentingnya lagi untuk mengetahui lebih lanjut terkait akar masalah dan juga resolusi konflik yang tepat untuk mengurangi permasalahan yang bisa berlanjut lebih langsung. Sebagai makhluk akademik, kajian mengenai tragedi ini juga penting untuk mengasah lebih lanjut terkait dengan pemahaman kita.

REFERENSI

Anon. n.d. "Tragedi Stadion Kanjuruhan: Kronologi, Penyebab Dan Korban -- DW -- 02.10.2022." Retrieved November 30, 2022 (https://www.dw.com/id/kerusuhan-kanjuruhan/a-63310801).

Mohammad, Oleh:., Syawaludin Program, Studi Sejarah, Kebudayaan Islam, Fakultas Adab, Budaya Islam, Uin Raden, and Fatah Palembang. 1993. "Memaknai Konflik Dalam Perspektif Sosiologi Melalui Pendekatan Konflik Fungsional." 1--19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun