Mohon tunggu...
Yasmi Adriansyah
Yasmi Adriansyah Mohon Tunggu... -

Panggil saja: Adrian.\r\n\r\nhttp://yasmiadriansyah.com/editor/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indis: Pecatur Cilik Indonesia Nan Penuh Potensi

11 April 2012   05:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13341208352040533776

“Suatu saat kita harus mengadakan lomba catur maraton dengan menghadirkan seorang calon bintang Indonesia,” ujar Gede Arya, seorang pelatih catur nasional. “Ada bocah, Indis namanya. Walau masih sangat belia, ia bisa mengalahkan pemain-pemain yang lebih senior.” Kami tertegun mendengarkan pernyataan Gede yang saat ini tengah menuntut ilmu di University of Canberra. “Jadi Indis sangat potensial, Mas?” tanyaku. “Betul. Kalau terus dibimbing dengan baik, ia kelak bisa menjadi pecatur kebanggaan Indonesia.” Perbincangan tersebut bukan imajinasi. Perbincangan tersebut berpusar pada seorang anak bernama Indis. Ia saat ini berada di tahun keenam bangku sekolah dasar di Canberra. Namun kisah perjalanan hidup, dan potensinya, sangat menginspirasi. Bagi siapapun. Baru saja ia mengikuti kompetisi internasional di Australia: 02C Doeberl Cup 2012. Hasilnya lumayan. Dari enam kali jadwal berlaga, ia memenangkan empat diantaranya. Hanya satu kali kalah, dan satu kali by. Alhasil, rating Indis di Australian Chess Federation (ACF) yang baru tertancap pada tahun ini terus menaiki tangga. Indis dan Catur Dari pemaparan orangtua Indis, yaitu Ayu dan Agam, ternyata tidak ada yang tahu kapan persisnya Indis mulai belajar catur. Mereka yakin bakat tersebut tidak bermula dari rumah. Hal ini mengingat tak satupun di antara mereka yang bermain catur. Awal mulanya malah seperti sebuah kejutan. Pada pertengahan tahun 2010, ketika Indis berada di kelas 5 SD di Kharisma Bangsa, Tangerang, dia memaksa ikut bertanding catur yang menjadi bagian kejuaraan festival anak-anak se-Tangerang yang diselenggarakan sekolahnya. Saat itu, kedua orangtuanya ragu. Karena mereka tak pernah tahu Indis bisa bermain atau tidak. Tetapi Indis tetap didaftarkan. Tanpa diduga, dia ternyata menjadi juara kedua se-Kabupaten Tangerang (tingkat SD). Usut punya usut, guru-gurunya menyatakan bahwa selama di sekolah Indis rupanya sering memperhatikan kakak-kakak SMA dan SMP bermain catur. Rupanya dari situlah dia mengenal catur. Ia ternyata belajar, secara otodidak. Karena prestasi perdana tersebut, Ayu dan Agam mengirim Indis belajar catur di sekolah catur Utut di BSD. Indis juga pernah mengikuti kejuaraan catur lokal yang diselenggarakan Grand Master Perempuan ternama Indonesia, Irene Kharisma, juga di BSD. Sengaja Indis diikutkan agar dia bisa lebih percaya diri dan berkompetisi dengan sehat. Awalnya ia selalu menangis ketika kalah bermain. Namun lama kelamaan dia menjadi matang dan sangat percaya diri. Ketika Ayu dan Agam pindah sementara ke Canberra pada tahun 2011 (catatan: Ayu adalah mahasiswi PhD Ilmu Politik di ANU), Indis didaftarkan pada klub catur Junior ACT Junior Chess League (ACTJL) yang merupakan bagian dari Australian Chess Federation (ACF). Indis pun akhirnya mulai mengikuti berbagai turnamen di sekitar Canberra, baik yang sifatnya lokal, nasional dan international. Kejuaraan international pertamanya adalah pada tahun 2011, di sebuah turnamen yang diselenggarakan setiap tahun di ANU. Di klub-nya, Indis pernah menyabet prestasi Best New Performance. Dan di salah satu turnamen catur Junior, juga di tahun 2011, Indis meraih penghargaan the Most Prospective New Player. Luar biasa. Indis dan Dunia yang ‘Unik’ Dari penampilan keseharian, Indis mungkin tampak terlihat biasa (tentu saja dengan potensi di bidang catur yang luar biasa). Namun siapa pernah menduga kalau Indis dahulu sempat dan mungkin masih mengalami masa sulit? Saat balita, ia dideteksi dokter mengalami autistic spectrum disorder. Sebuah tantangan yang tak mudah, khususnya bagi ayah bundanya yang amat sangat mencintainya. Namun dengan kegigihan, kasih sayang, dan tentu saja pengorbanan, lambat laun Indis justru menunjukkan potensi terbaiknya. Sebuah potensi yang bahkan melampaui anak-anak kebanyakan. Pada detik ini, kedua orangtua Indis telah dan masih terus berjuang. Tidak hanya bagi Indis, tapi juga bagi sang bungsu Ero yang memiliki ‘keunikan’ serupa. Namun Allah Maha Adil. Beratnya tantangan membesarkan buah hati justru telah melahirkan potensi. Sebuah potensi yang tidak hanya membanggakan mereka, namun justru bagi negeri tercinta. Ke depan, Ayu dan Agam merencanakan sebuah proyek sosial: mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebuah ikhtiar yang kelak akan membukakan mata betapa indahnya dunia ‘unik’ tersebut. Sebuah rencana untuk berbagi dan peduli pada tantangan yang berat, namun di sisi lain mengandung potensi tak terhingga. Sukses bagi Ayu dan Agam atas rencana mulianya. Siapapun yang mengetahui, pasti akan terharu, pun bangga atas perjuangan tersebut. Adapun kepada Indis, teruslah asah pergerakan bidak-bidak caturmu. Teruslah bermain, bagi kebahagiaan dirimu. Bagi kasih sayang orangtuamu. Dan bagi Indonesia yang membanggakanmu. *** (Photo: INDIS bersama GM Perempuan Pertama Indonesia, Irene Sukendar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun