Mohon tunggu...
yasirul musyaffa
yasirul musyaffa Mohon Tunggu... Sejarawan - universitas nahdlatul ulama indonesia

Saya yasirul Musyaffa tinggal di parung bogor, hobby saya membaca dan olahraga moto setiap ilmu yang dipelajari harus menjadi yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerentanan Psikologis Generasi Strawberry di Era Modern

28 Januari 2025   20:49 Diperbarui: 28 Januari 2025   21:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Strawbery, Psikologis 

Generasi muda saat ini, yang terdiri dari milenial dan Gen Z, sering disebut sebagai "Generasi Strawberry". Istilah ini menggambarkan individu yang tampak kuat secara fisik namun rentan terhadap tekanan emosional dan psikologis saat menghadapi tantangan hidup. Seperti buah stroberi yang tampak segar namun mudah rusak, generasi ini menunjukkan kerentanan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pola asuh yang overprotektif, kemajuan teknologi yang pesat, dan tekanan ekspektasi sosial yang tinggi.

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Generasi Strawberry

Pola asuh orang tua memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan ketahanan mental anak. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, seperti selalu memenuhi keinginan mereka tanpa batasan, dapat menyebabkan anak menjadi kurang mandiri dan rentan terhadap tekanan. Salah satu responden dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ia cenderung merajuk ketika keinginannya tidak terpenuhi, menunjukkan kurangnya kemampuan untuk menghadapi kekecewaan. Selain itu, pengalaman negatif seperti kemarahan berlebihan dari orang tua dapat meninggalkan trauma emosional yang mendalam pada anak, yang berdampak pada kesehatan mental mereka di masa depan. (Fauzi and Tarigan, 2023)

Perkembangan teknologi, terutama media sosial, memberikan pengaruh besar terhadap kondisi mental anak muda. Di era digital ini, kemajuan teknologi layaknya cahaya yang menerangi zaman, membawa perubahan besar dari era industri menuju era teknologi modern. Kehadiran kecerdasan buatan, big data, dan internet of things menjadi elemen penting yang menyatukan dunia maya dengan dunia nyata dalam keseimbangan baru yang dinamis. Jepang dengan konsep Society 5.0 mengukir masa depan yang menjanjikan, merangkai teknologi demi kesejahteraan manusia. Di Indonesia, transisi menuju Society 5.0 terukir dalam generasi Z, bonus demografis yang memancarkan cahaya harapan. Dengan jumlah 27,94% dari populasi, generasi ini adalah mentari masa depan, siap membawa inovasi dan membangun peradaban baru. Namun, tantangan tetap mengintai: mampukah mereka mengubah potensi menjadi prestasi? (Boni, Panjaitan and Bermani, 2024).

Generasi strawberry juga menghadapi tekanan dari ekspektasi sosial yang tinggi. Mereka dituntut untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, karier, dan kehidupan sosial. Tekanan ini seringkali membuat mereka merasa cemas dan stres, terutama jika mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut. separuh dari gangguan mental diketahui mulai mengakar pada usia 14 tahun, sementara tiga perempatnya mencapai puncaknya di usia 18 tahun. Gangguan yang paling sering menghantui mereka adalah kecemasan berlebih dan depresi, dua wajah gelap yang kerap menjadi sahabat tak diundang bagi anak-anak dan remaja.(Utami and Welas, 2019)

Generasi strawberry menghadapi kerentanan psikologis yang dapat berdampak besar bagi individu dan masyarakat, terutama dalam meningkatnya gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Berdasarkan data WHO (2021), 1 dari 7 remaja di dunia mengalami masalah kesehatan mental serius, dengan depresi dan kecemasan sebagai gangguan paling umum. Faktor utama yang memengaruhi kondisi ini meliputi tekanan hidup yang sulit dikelola, ekspektasi tinggi, ketergantungan pada media sosial, serta kesulitan dalam menghadapi kegagalan.

Tekanan Ekspektasi Sosial dan Krisis Identitas Generasi Muda

Salah satu bentuk kerentanan psikologis yang sering dialami oleh generasi strawberry adalah kebiasaan menunda-nunda tugas atau pekerjaan akademik, yang dikenal sebagai prokrastinasi akademik. Menurut penelitian oleh Salsabila et al. (2024), generasi ini memiliki kecenderungan tinggi terhadap perilaku tersebut karena kurangnya kemampuan dalam mengatur diri sendiri. Pendekatan pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL), yang berfokus pada kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi, telah terbukti efektif. Penerapan SRL dapat membantu mengurangi prokrastinasi akademik sekaligus meningkatkan kemandirian dan ketahanan dalam menghadapi tantangan akademik pada generasi ini.

Generasi strawberry seringkali memiliki pemahaman yang terbatas mengenai kesehatan mental dan strategi menghadapi tekanan. Kondisi ini dapat membuat mereka kesulitan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Berdasarkan informasi dari Hello Sehat (2023), generasi muda perlu menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, mulai dari memahami cara merawatnya hingga mengenali berbagai jenis gangguan yang mungkin terjadi. Dengan pengetahuan tersebut, mereka dapat menerapkan langkah-langkah seperti rutin berolahraga, melakukan meditasi, dan mengatur waktu secara efektif untuk mendukung keseimbangan mental mereka.

Untuk membantu generasi strawberry menghadapi kerentanan psikologis mereka, diperlukan upaya yang menyeluruh dan terpadu. Beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan meliputi:

  • Membangun Jaringan Sosial yang Kuat: Mengikutsertakan generasi muda dalam berbagai kegiatan sosial dapat membantu mereka menciptakan hubungan yang positif dengan teman sebaya serta membangun sistem dukungan sosial yang kokoh.
  • Mengajarkan Pengelolaan Emosi: Memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang cara mengenali dan mengendalikan emosi mereka dapat membantu mereka mengatasi tekanan dan stres secara lebih efektif.
  • Meningkatkan Literasi Kesehatan Mental: Edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental serta cara-cara untuk melakukannya dapat mempersiapkan generasi strawberry dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
  • Mengurangi Ketergantungan pada Media Sosial: Membantu generasi muda untuk mengelola waktu penggunaan media sosial dan menyadari dampak negatifnya dapat mengurangi tekanan mental yang mereka alami. (Hello Sehat 2023)
  • Mengembangkan Keterampilan Pengaturan Diri: Menerapkan strategi seperti Self-Regulated Learning dapat mendukung generasi strawberry dalam meningkatkan kemandirian dan daya tahan mereka, baik dalam konteks akademik maupun kehidupan sehari-hari (Salsabila et al., 2024). 

Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, diharapkan generasi strawberry dapat mengembangkan ketahanan mental yang lebih baik dan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun