Sebuah cahaya iman terbungkus sangat rapi
Tertutup rapat di dalam relung hati
Samapi-sampai jiwa ini tak dapat menyentuhnya
Padahal, cahayanya sangat indah
Namun, terbelenggu oleh titik-titik dosa hitam
Titik itu merangkai sebuah kubus hitam
Yang di dalamnya, terkurung segenggam iman
Kasihan ia, cahayanya tak tembus
Hati pun gulita, buta, meraba ketika meniti
Mahasuci sungguh dzat-Nya
Ia menciptakan telinga ini
Sehingga aku bisa mendengar suaramu
Yang menciptakan mata ini
Sampai aku bisa melihat sosokmu
Mahasuci sungguh dzat-Nya
Menciptakan hati yang mudah lunak
Yang mudah mengeras terkadang
Ia juga mengizinkan telingaku, mataku
Menyampaikan indahmu pada hati dan jiwa
Seperti kilatan cahaya yang menembusku
Melibangi kubus hitam, hingga iman kembali bercahaya
Perlahan kau tuntun aku
Menuju kepada Tuhan-mu
Aku tautkan hatiku, lakumu sebagai kendali
Mahasuci sungguh dzat-Nya
Yang telah mnghiasi rasa cinta
Yang menghiasi jembatan keimanan
Menjadi pegangan ketika ku berjalan
Masa berlalu, aku pun darimu
Menjadi sosok insan yang mencari
Cahaya iman Allah Ta’ala segala maha
Menjadi poros segala laku
Seorang merasakan nikmat iman
Saat ia mencintai karena Allah
Bukan ia mencintai selain Allah
Aku pun takut nikmat ini fana
Dan aku pun sadar
Menjadikanmu sebuah tercinta
Hanya karena Allah
Tapi aku masih belajar
Biarkan aku belajar mencintaimu
Karena Allah
Atau biarkan aku mencintai Allah
Sehingga aku mencintaimu
Karena aku masih belajar
Untuk memurnikan niatku
Agar aku bisa memuaskan diri dengan ridho Allah
Saja..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H