Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

negara agraris kok impor benih? ironi pertanian indonesia

31 Januari 2025   17:58 Diperbarui: 31 Januari 2025   17:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: icmi.id (ICMI: Banyak Sektor Dibenahi supaya Indonesia Jadi Negara Agraris)

Indonesia sering disebut sebagai negara agraris, tanahnya subur, iklimnya mendukung, dan sektor pertanian masih menjadi tumpuan ekonomi banyak masyarakat. Namun, ada satu ironi yang sulit diterima: benih yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan kita banyak yang berasal dari luar negeri.

Bayangkan, kita mengklaim sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah, tetapi masih bergantung pada benih impor untuk berbagai komoditas pertanian. Apa yang sebenarnya terjadi?

Benih Impor di Negara Agraris, Kok Bisa?

Sebagai negara tropis dengan tanah yang subur, Indonesia seharusnya mampu memproduksi benih berkualitas tinggi untuk berbagai jenis tanaman. Tapi realitanya, kita masih mengimpor benih dalam jumlah besar. Berikut beberapa contoh nyata:

  • Durian Musang King  yang populer di Indonesia justru berasal dari Malaysia.
  • Nanas MD2  yang sering kita temukan di pasar sebenarnya juga merupakan produk unggulan Malaysia dan Filipina.
  • Semangka hibrida  yang banyak ditanam di Indonesia berasal dari benih yang diimpor dari Thailand atau Jepang.
  • Padi hibrida  yang digunakan petani pun banyak yang berasal dari luar negeri.

Dengan kondisi ini, pertanyaannya adalah: Apakah benih lokal kita tidak layak? Atau justru kita terlalu malas untuk mengembangkan benih sendiri?

Benih Lokal: Kualitas Rendah atau Kurang Diperhatikan?

Beberapa pihak berpendapat bahwa benih lokal tidak sebaik benih impor, terutama dari segi produktivitas, ketahanan penyakit, dan hasil panen. Namun, apakah itu benar?

Masalah utama justru terletak pada kurangnya riset dan pengembangan terhadap benih lokal. Negara-negara seperti Malaysia dan Thailand sangat serius dalam pengembangan varietas unggul. Mereka menginvestasikan dana besar untuk riset pertanian, sehingga mampu menghasilkan benih yang lebih baik dan lebih diminati pasar.

Sebaliknya, di Indonesia, riset pertanian sering kali diabaikan. Petani masih banyak yang bergantung pada benih dari luar negeri karena dianggap lebih menguntungkan.

Kasus Benih Palsu: Petani Jadi Korban

Selain masalah impor, Indonesia juga menghadapi maraknya benih palsu, yang merugikan petani dalam skala besar. Salah satu kasus yang menghebohkan adalah benih kelapa sawit palsu. Banyak petani yang baru sadar setelah 5 tahun menanam bahwa benih yang mereka beli ternyata tidak bisa menghasilkan panen yang layak.

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa pengawasan dan penelitian benih di Indonesia masih lemah. Jika kita terus mengandalkan impor dan tidak memiliki sistem pengawasan yang baik, petani kita akan terus menjadi korban.

Solusi: Indonesia Butuh Laboratorium dan Riset Serius!

Jika Indonesia ingin benar-benar mandiri di sektor pertanian, kita butuh investasi serius dalam penelitian dan pengembangan benih lokal. Pemerintah harus:

  1. Mendirikan lebih banyak laboratorium riset pertanian  untuk menghasilkan benih unggul.
  2. Meningkatkan insentif bagi peneliti dan petani  yang mengembangkan benih lokal berkualitas tinggi.
  3. Memperketat regulasi dan pengawasan benih palsu  agar petani tidak lagi menjadi korban.
  4. Mengurangi ketergantungan pada benih impor  dan mendorong produksi benih dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun