Setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi individu yang percaya diri, berani menghadapi tantangan, dan mampu berkembang secara optimal. Namun, tanpa disadari, ada kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan orang tua yang justru meruntuhkan kepercayaan diri anak. Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tetapi dampaknya sangat besar pada pembentukan karakter anak di masa depan.
Mari kita lihat tiga kebiasaan tersebut, dampaknya pada anak, dan bagaimana cara menghindarinya:
1. Kebiasaan Terlalu Sering Menyalahkan
Sebagai orang tua, wajar jika Anda ingin membimbing anak agar tidak melakukan kesalahan. Namun, jika Anda sering menyalahkan mereka setiap kali mereka gagal, itu dapat merusak rasa percaya dirinya. Misalnya, saat anak menjatuhkan gelas, Anda langsung berkata, "Kamu memang ceroboh, kan sudah dibilang hati-hati!"
Dampaknya: Anak akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya selalu salah dan tidak cukup baik. Ini akan menciptakan rasa takut untuk mencoba hal baru karena khawatir akan disalahkan. Akibatnya, mereka menjadi pasif dan kehilangan inisiatif.
Cara Menghindari: Alih-alih menyalahkan, fokuslah pada solusi. Contoh respons yang lebih positif adalah, "Tidak apa-apa, ayo kita bersihkan bersama-sama. Lain kali coba lebih pelan, ya." Kalimat ini tidak hanya memberikan pembelajaran, tetapi juga menunjukkan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
2. Kebiasaan Terlalu Sering Mengomeli
Mengomeli anak mungkin terlihat seperti cara cepat untuk membuat mereka memahami sesuatu. Namun, jika dilakukan terus-menerus, omelan hanya akan menjadi suara latar yang mereka abaikan, atau lebih buruk lagi, membuat mereka merasa tidak dihargai.
Dampaknya: Anak akan merasa tidak cukup baik di mata orang tuanya. Mereka mungkin berpikir, "Apa pun yang aku lakukan pasti salah di mata Ayah/Ibu." Perasaan ini bisa merusak hubungan emosional antara orang tua dan anak, serta membuat anak kehilangan rasa percaya diri.
Cara Menghindari: Pilihlah waktu yang tepat untuk memberikan nasihat, dan gunakan nada yang lembut. Sampaikan pesan dengan singkat dan jelas, tanpa menyertakan emosi berlebihan. Misalnya, daripada berkata, "Kenapa sih kamu nggak pernah dengar kalau disuruh?" cobalah berkata, "Mama tahu kamu capek, tapi ayo kita selesaikan tugas ini dulu, ya."
3. Kebiasaan Mengkritik Penampilan atau Usaha Anak
Beberapa orang tua tanpa sadar sering mengkritik penampilan atau usaha anak dengan niat agar mereka menjadi lebih baik. Contohnya, "Kenapa sih rambutmu selalu berantakan? Lihat tuh anak tetangga, rapi banget!" atau "Cuma begini hasilnya? Harusnya kamu bisa lebih baik lagi."
Dampaknya: Kritikan semacam ini dapat membuat anak merasa tidak pernah cukup di mata orang tuanya. Mereka akan terus membandingkan dirinya dengan orang lain dan kehilangan kepercayaan pada kemampuan sendiri. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan anak memiliki harga diri yang rendah.