Dalam berbagai diskusi tentang masa depan dunia, muncul narasi bahwa suatu saat peradaban modern akan runtuh, dan manusia akan kembali hidup seperti di zaman batu. Narasi ini sering dikaitkan dengan keyakinan agama tertentu yang memprediksi kehancuran teknologi akibat perang besar, seperti perang nuklir. Salah satu skenario yang sering disampaikan adalah bahwa perang di masa depan akan menggunakan senjata primitif seperti batu dan kayu.
Namun, apakah narasi ini sekadar mitos atau benar-benar kemungkinan yang realistis? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami perspektif agama, sejarah, dan teknologi modern secara lebih mendalam.
Narasi dalam Perspektif Agama
Dalam banyak tradisi agama, termasuk Islam, ada ramalan tentang masa depan dunia yang penuh dengan konflik besar dan perubahan drastis. Salah satu hadis menyebutkan bahwa umat manusia akan kembali menggunakan kuda dan pedang setelah masa perang besar. Pandangan ini sering diterjemahkan sebagai tanda kehancuran teknologi akibat perang dahsyat, seperti perang nuklir.
Di sisi lain, keyakinan semacam ini juga bisa mencerminkan realitas psikologis masyarakat yang merasa kalah dalam persaingan global, terutama di bidang teknologi. Beberapa pihak mengkritik bahwa narasi ini digunakan sebagai pengalih perhatian dari fakta bahwa negara-negara dengan landasan agama yang kuat, terutama negara-negara Islam, cenderung tertinggal dalam bidang inovasi dan sains dibandingkan negara-negara Barat.
Realitas Teknologi dan Geopolitik
Dalam konteks geopolitik, ancaman perang nuklir memang nyata, terutama sejak era Perang Dingin. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Cina memiliki kekuatan nuklir yang bisa menghancurkan dunia berkali-kali lipat. Namun, doktrin Mutual Assured Destruction (MAD)---di mana setiap serangan nuklir akan direspons dengan serangan balik yang sama hebatnya---membuat negara-negara ini berpikir dua kali sebelum memulai konflik nuklir.
Meski ancaman tersebut ada, kenyataannya, dunia terus maju dalam hal teknologi. Kecerdasan buatan, eksplorasi ruang angkasa, dan revolusi digital adalah bukti bahwa manusia berusaha menghindari kehancuran total dan fokus pada pembangunan.
Untuk pemahaman lebih lanjut tentang topik ini, Anda dapat menonton penjelasan lengkap melalui video berikut: Penjelasan Tentang Perang Batu dan Teknologi di Masa Depan. Video ini memberikan sudut pandang menarik terkait kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
Ketertinggalan Teknologi di Negara-Negara Islam
Ketertinggalan teknologi di negara-negara mayoritas Muslim sering dikaitkan dengan rendahnya investasi pada pendidikan, riset, dan inovasi. Beberapa negara lebih sibuk dengan konflik internal dan eksternal, sehingga kurang fokus pada pengembangan sains dan teknologi.
Masalah ini diperparah dengan pola pikir fatalistik yang mengandalkan doa atau ritual spiritual untuk menyelesaikan masalah duniawi. Sebagai contoh, doa untuk melunasi utang atau dzikir untuk mendapatkan kekayaan sering kali dianggap sebagai solusi utama tanpa diiringi usaha nyata.
Bahaya Pola Pikir Fatalistik
Pola pikir ini dapat berdampak negatif jika membuat masyarakat pasif dan enggan berusaha. Dalam dunia modern, doa dan keyakinan tentu penting, tetapi harus diimbangi dengan tindakan nyata. Ketergantungan pada narasi bahwa teknologi akan hancur dan manusia akan kembali ke masa lalu bisa menjadi alasan untuk tidak berinovasi.