Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

bantuan yang tepat sasaran, mengapa pemberian harus disesuaikan dengan kemampuan penerima

25 Desember 2024   13:25 Diperbarui: 25 Desember 2024   15:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: kaltimpost.jawapos.com (wilie salim memberikan uang kepada bapak sunhaji) 

Dalam masyarakat kita, pemberian kepada mereka yang membutuhkan sering dianggap sebagai bentuk amal mulia. Namun, apakah semua pemberian benar-benar bermanfaat? Apakah tindakan seperti memberikan uang tunai dalam jumlah besar, seperti yang sering kita lihat di media sosial, benar-benar membantu penerima atau justru menimbulkan masalah baru? Artikel ini akan membahas mengapa pemberian harus disesuaikan dengan kemampuan penerima, serta risiko dan solusi yang dapat diterapkan.

Fenomena Pemberian Instan di Media Sosial

Media sosial dipenuhi dengan aksi filantropi yang berusaha membantu kaum miskin dengan cara instan, seperti memberikan uang tunai dalam jumlah besar. Sekilas, ini tampak heroik dan menginspirasi. Namun, apakah ini benar-benar membantu jangka panjang? Dalam banyak kasus, pemberian seperti ini justru dapat menciptakan masalah baru karena tidak mempertimbangkan kemampuan penerima untuk mengelola bantuan tersebut.

Contoh nyata adalah kasus penerima donasi besar yang tidak memiliki pengetahuan keuangan. Dalam waktu singkat, uang tersebut habis tanpa meninggalkan manfaat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian yang instan tanpa pendampingan sering kali hanya menyelesaikan masalah sementara, tetapi gagal menciptakan dampak yang berkelanjutan.

Masalah Utama dari Pemberian yang Tidak Sesuai

  1. Mentalitas Ketergantungan  Pemberian yang terus-menerus tanpa mendidik penerima dapat menciptakan mentalitas ketergantungan. Orang cenderung menunggu uluran tangan daripada berusaha sendiri. Ini tidak hanya merugikan penerima, tetapi juga menciptakan pola pikir pasif di masyarakat.

  2. Pengelolaan yang Tidak Bijak  Uang tunai besar tanpa arahan sering kali digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau hal-hal yang tidak produktif. Misalnya, penerima lebih memilih membeli barang mewah daripada berinvestasi dalam pendidikan atau usaha kecil.

  3. Ketidakadilan Sosial  Ketika bantuan diberikan secara publik tanpa seleksi yang jelas, masyarakat sekitar dapat merasa iri atau bahkan mempertanyakan keadilan distribusi bantuan. Ini menciptakan potensi konflik sosial.

  4. Hilangnya Dampak Jangka Panjang  Bantuan yang tidak diiringi dengan pemberdayaan berisiko menjadi solusi sementara. Setelah bantuan habis, penerima kembali ke situasi awal tanpa perubahan signifikan.

Risiko yang Timbul

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun