Rasa ingin tahu anak adalah salah satu tanda perkembangan kognitif yang sehat. Ketika seorang anak banyak bertanya, itu menunjukkan bahwa ia sedang mencoba memahami dunia di sekitarnya. Namun, tidak sedikit orang tua yang merasa kewalahan atau bahkan kesal ketika menghadapi rentetan pertanyaan dari anak. Fenomena ini menjadi cermin kesiapan orang tua dalam mendidik anak. Lalu, apa yang seharusnya dilakukan ketika anak terus-menerus bertanya?
Mengapa Anak Banyak Bertanya?
Anak-anak secara alami memiliki rasa ingin tahu yang besar. Pertanyaan yang mereka ajukan bukan sekadar bentuk komunikasi, melainkan juga cara mereka belajar. Misalnya, saat anak bertanya, "Kenapa langit biru?" atau "Kenapa burung bisa terbang, tapi kita tidak?", itu adalah refleksi dari keinginan mereka untuk memahami fenomena yang mereka lihat.
Sayangnya, tidak semua orang tua memahami makna di balik pertanyaan ini. Ada orang tua yang merasa malas menjawab atau bahkan memberikan respons negatif seperti, "Udah, jangan banyak tanya," atau "Ibu/Ayah lagi sibuk." Sikap seperti ini bisa memadamkan rasa ingin tahu anak dan membuat mereka enggan bertanya di masa depan.
Peran Orang Tua dalam Mendukung Rasa Ingin Tahu Anak
Sebagai pendamping utama anak, orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung proses belajar mereka. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Jujur Ketika Tidak Tahu Jawabannya
Tidak apa-apa jika orang tua tidak selalu memiliki jawaban. Yang penting adalah memberikan respons yang mendukung. Misalnya, katakan, "Ibu/Ayah belum tahu tentang itu, yuk kita cari tahu sama-sama." Hal ini mengajarkan anak bahwa belajar adalah proses yang terus berjalan.
2. Ajukan Pertanyaan Balik
Terkadang, Anda bisa mendorong anak untuk berpikir lebih jauh dengan mengajukan pertanyaan balik. Misalnya, "Menurut kamu, kenapa ya langit warnanya biru?" Cara ini membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis.