Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar anggapan bahwa dosa seseorang bisa ditanggung oleh orang lain, seperti orang tua, kakak, atau anggota keluarga terdekat. Contoh yang sering muncul adalah ketika seorang anak perempuan memilih untuk tidak berhijab, lalu banyak orang berkata, “Itu dosa orang tuanya yang tidak mendidik dengan benar.” Atau ketika seorang anggota keluarga melanggar aturan agama, sebagian masyarakat dengan mudah mengatakan bahwa kerabatnya ikut menanggung dosa tersebut. Tetapi, benarkah konsep ini sesuai dengan ajaran Islam?
1. Prinsip Dasar dalam Islam: Setiap Individu Bertanggung Jawab atas Dirinya Sendiri
Islam menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas amal perbuatannya sendiri. Hal ini dijelaskan secara eksplisit dalam Al-Qur'an:
“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (QS. Al-An’am: 164)
“Setiap jiwa bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Muddassir: 38)
Ayat-ayat ini memberikan landasan kuat bahwa dosa seseorang tidak akan ditransfer atau dipikul oleh orang lain. Artinya, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah ia lakukan sendiri, bukan atas tindakan orang lain.
2. Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua atau Kerabat
Orang tua dan kerabat memang memiliki tanggung jawab moral dan agama untuk mendidik, membimbing, serta mengingatkan anggota keluarga agar berjalan di jalan yang benar. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, tanggung jawab ini hanya berlaku pada aspek mendidik dan menasihati. Jika seorang anak atau anggota keluarga yang sudah dewasa tetap memilih jalan yang salah meskipun telah diingatkan, maka dosa perbuatannya adalah tanggung jawab pribadinya.