Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Video Penuh Haru Selalu Viral? Ini Alasan Emosionalnya

11 Desember 2024   21:33 Diperbarui: 12 Desember 2024   20:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: betanews.id (Seren, Penjual Opak Berjalan Kaki Keliling Kudus, Berangkat dari Blora Menumpang Truk)

Dalam dunia digital yang semakin ramai, kita sering melihat video-video yang menggugah hati menjadi viral dalam waktu singkat. Contohnya adalah video pekerja yang kelelahan hingga tertidur di tempat kerja atau kisah anak-anak yang mengalami perlakuan tidak baik tetapi tetap menunjukkan semangat hidup. Mengapa video semacam ini begitu menarik perhatian dan mendapatkan banyak dukungan dari penonton? Jawabannya terletak pada kekuatan emosi manusia.

1. Manusia Adalah Makhluk Empati
Secara alami, manusia memiliki kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kemampuan ini disebut empati. Ketika seseorang menonton video yang menggambarkan penderitaan atau perjuangan, otak mereka merespons dengan membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi tersebut. Hal ini memicu perasaan simpati dan empati yang mendalam, membuat mereka merasa terhubung dengan cerita yang ditampilkan.

Misalnya, ketika kita melihat pekerja yang tertidur karena kelelahan, kita tidak hanya melihat gambarnya, tetapi juga membayangkan perjuangan keras di balik layar. Hal ini sering kali menyentuh hati, terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman serupa.

2. Refleksi Diri Melalui Cerita Orang Lain
Video penuh haru juga sering menjadi cermin bagi penonton untuk merenungkan pengalaman mereka sendiri. Melihat kisah seseorang yang berjuang menghadapi kesulitan membuat kita menyadari tantangan yang kita hadapi sendiri, sekaligus memberi rasa syukur atas apa yang kita miliki. Proses refleksi ini menciptakan keterikatan emosional yang kuat dengan video tersebut.

Sebagai contoh, seorang anak yang mengalami perlakuan tidak baik namun tetap memiliki semangat hidup dapat mengingatkan kita pada nilai ketangguhan atau kesulitan yang pernah kita alami.

3. Kebutuhan Akan Koneksi Emosional di Dunia Digital
Di tengah derasnya informasi dan kehidupan yang sering terasa sibuk atau dingin, video penuh haru menawarkan momen untuk kembali merasakan sisi kemanusiaan. Konten seperti ini membawa keseimbangan di antara banyaknya berita negatif atau hiburan dangkal yang membanjiri media sosial.

Video haru juga menciptakan rasa kebersamaan. Ketika orang menonton dan membagikan video seperti ini, mereka sering menambahkan komentar dukungan atau refleksi pribadi, menciptakan dialog emosional yang mempererat hubungan antar pengguna media sosial.

4. Fenomena Psikologi Viral
Konten yang memicu emosi, baik itu kebahagiaan, kesedihan, atau harapan, memiliki peluang lebih besar untuk dibagikan. Hal ini dikenal dalam psikologi sebagai *emotional contagion*, di mana perasaan yang kuat mendorong seseorang untuk menyebarkan emosi tersebut kepada orang lain.

Sebagai contoh, melihat kisah pekerja keras yang mendapatkan penghargaan di akhir cerita bisa memicu rasa haru sekaligus kebanggaan, yang pada akhirnya membuat orang ingin membagikan momen tersebut agar orang lain juga merasakan emosi yang sama.

5. Pentingnya Kesadaran Sosial
Video-video penuh haru sering kali menggambarkan isu-isu sosial, seperti ketidakadilan, kemiskinan, atau kurangnya perhatian terhadap pekerja dan anak-anak. Penonton merasa bahwa membagikan video tersebut adalah cara untuk meningkatkan kesadaran akan masalah tersebut. Hal ini memberi nilai lebih pada konten tersebut, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga alat perubahan sosial.

6. Resiko Desensitisasi
Namun, di balik fenomena ini, ada risiko yang perlu diwaspadai. Ketika terlalu banyak konten yang menggambarkan penderitaan atau perjuangan terus-menerus dibagikan, penonton dapat mengalami desensitisasi. Mereka mungkin menjadi kurang peka atau bahkan menganggap penderitaan sebagai hal biasa. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam konsumsi dan pembagian konten semacam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun