Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya lebih suka mengkritik kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak baik dan seharusnya kita rubah menjadi kebiasaan yang lebih baik seperti bangsa Eropa

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Ingin Didengar Bukan Dihakimi, Pentingnya Komunikasi yang Terbuka di Era Digital

11 Desember 2024   20:15 Diperbarui: 11 Desember 2024   20:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : dari chatgpt.com (AI) 

Di era digital seperti sekarang, komunikasi antara orang tua dan anak menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang tua merasa kesulitan memahami anak-anak yang tumbuh dalam dunia serba teknologi, sementara anak sering merasa kurang dipahami oleh orang tua mereka. Komunikasi yang tidak terbuka ini kerap menjadi pemicu konflik hingga merenggangkan hubungan dalam keluarga.

Namun, masalah komunikasi tidak hanya disebabkan oleh teknologi. Pola asuh tradisional yang masih melekat pada sebagian besar orang tua di Indonesia juga turut berkontribusi. Tidak jarang, orang tua menghakimi anak-anaknya berdasarkan doktrin atau nilai-nilai yang mereka terima dari orang lain, tanpa mempertimbangkan konteks kehidupan anak saat ini.

1. Fenomena Orang Tua yang Menghakimi Anak

Di Indonesia, banyak orang tua yang merasa bahwa pengalaman hidup mereka selalu menjadi patokan utama dalam mendidik anak. Mereka cenderung menghakimi ketika anak mencoba berpikir lebih bebas atau mengemukakan pendapat yang berbeda.

Sebagai contoh, ketika seorang anak ingin memilih jalur karier yang tidak konvensional, seperti menjadi seorang kreator konten, banyak orang tua yang menolak keras dengan alasan bahwa itu "tidak menjamin masa depan." Ironisnya, alasan ini sering kali bukan berdasarkan analisis mendalam, melainkan doktrin yang mereka terima dari lingkungan sosial atau budaya.

Ketika anak mencoba menjelaskan pandangannya, respons orang tua sering kali defensif, bahkan menolak mendengar. Hal ini menciptakan jarak emosional yang semakin melebar. Anak yang merasa tidak didengarkan perlahan menjadi malas untuk berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, banyak anak yang merasa lebih nyaman berbicara dengan teman sebaya atau mencari pelarian di media sosial.

2. Dampak Pola Asuh Tertutup terhadap Anak

Pola asuh yang terlalu kaku dan menghakimi memiliki dampak buruk, baik bagi anak maupun hubungan keluarga:

  • Anak Menjadi Malas Berkomunikasi: Ketika pendapat mereka selalu ditolak, anak akan memilih untuk diam daripada berbicara.
  • Hubungan Emosional Renggang: Anak merasa orang tua bukan lagi tempat yang aman untuk berbagi perasaan atau masalah.
  • Anak Lebih Nyaman di Luar Rumah: Ketidaknyamanan di rumah membuat anak mencari pelarian ke luar, baik melalui teman, lingkungan, maupun dunia digital.
  • Hilangnya Kepercayaan Diri: Anak tumbuh dengan keyakinan bahwa pendapat mereka tidak berharga, sehingga sulit untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri.

3. Pentingnya Komunikasi Terbuka

Komunikasi terbuka adalah kunci utama untuk memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak. Komunikasi ini bukan hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan dengan penuh perhatian. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Berhenti Menghakimi: Jangan langsung menilai atau menolak pendapat anak, coba dengarkan alasan di balik pemikiran mereka.
  2. Gunakan Bahasa Positif: Hindari kritik berlebihan yang membuat anak merasa tidak dihargai.
  3. Berikan Waktu Berkualitas: Luangkan waktu tanpa gangguan teknologi untuk berbicara dengan anak, misalnya saat makan malam atau sebelum tidur.
  4. Diskusi, Bukan Debat: Ajak anak berdiskusi dengan cara yang saling menghargai, bukan memaksakan kehendak.

4. Mengatasi Hubungan yang Sudah Renggang

Bagi orang tua yang merasa hubungannya dengan anak sudah renggang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah introspeksi diri. Akui kesalahan jika pernah terlalu keras atau menghakimi, dan berikan ruang bagi anak untuk berbicara. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar ingin memahami mereka, bukan sekadar menasihati.

5. Pesan untuk Orang Tua

Sebagai orang tua, Anda bukan hanya pendidik, tetapi juga pendengar yang baik. Anak-anak Anda hidup di zaman yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda pula. Mereka membutuhkan dukungan dan pemahaman, bukan hanya aturan atau doktrin yang kaku.

Komunikasi terbuka tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri. Jadilah orang tua yang bisa mendengarkan, karena anak yang didengarkan hari ini akan menjadi individu yang percaya pada Anda di masa depan.

"Sudahkah Anda mendengarkan anak Anda hari ini tanpa menghakimi?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun