Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran sempit, buat orang yang sering bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan

1 Desember 2024   14:45 Diperbarui: 1 Desember 2024   18:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: chatgpt.com (AI)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan seperti "uang bukan segalanya," "uang tidak dibawa mati," atau "uang tidak bisa membeli kebahagiaan." Kalimat-kalimat ini seolah menempatkan uang pada posisi yang tidak penting, bahkan ada yang mengaitkannya dengan pandangan agama secara sempit. Namun, jika kita berhenti sejenak dan melihat kenyataan hidup, ungkapan-ungkapan ini tidak sepenuhnya relevan, terutama dalam konteks dunia modern.

Uang Adalah Sumber Kehidupan

Tidak bisa dipungkiri, uang adalah sumber utama untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan---semua ini membutuhkan uang. Tanpa uang, seseorang tidak akan mampu bertahan hidup dengan layak. Menyebut uang sebagai "bukan segalanya" terkadang mengabaikan kenyataan pahit yang dihadapi banyak orang miskin.

Bayangkan seseorang yang tidak mampu membayar biaya rumah sakit karena keterbatasan finansial. Dalam situasi ini, argumen "uang bukan segalanya" terasa hampa dan jauh dari kenyataan. Oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa uang adalah elemen penting dalam kehidupan, bahkan untuk hal-hal yang dianggap mendukung spiritualitas, seperti meluangkan waktu untuk ibadah atau membantu orang lain.

Kesalahpahaman Doktrin Agama

Ada sebagian orang yang salah memahami ajaran agama, seperti ungkapan "uang tidak dibawa mati." Memang benar, uang tidak akan menyelamatkan kita di akhirat, tetapi menganggapnya tidak penting juga adalah kekeliruan. Dalam Islam, manusia memang diciptakan untuk mencintai dunia, termasuk harta, karena itu adalah fitrah.

Namun, cinta terhadap dunia tidak berarti meniadakan akhirat. Justru, orang yang memiliki uang dan menggunakannya dengan bijaksana dapat membantu orang lain, menciptakan lapangan pekerjaan, dan berbuat amal yang lebih besar. Ini adalah bentuk kontribusi nyata yang tidak hanya bernilai di dunia tetapi juga di akhirat.

Sayangnya, ada pandangan sempit yang menganggap kaya adalah sinonim dengan keserakahan. Padahal, orang kaya yang terus mencari kekayaan bisa saja melakukannya untuk memperbesar dampak positif mereka. Bukankah membantu orang lain dengan kekayaan adalah hal yang baik?

Realitas Kehidupan dan Pemikiran Sempit

Sering kali, orang yang mengatakan "uang bukan kebahagiaan" atau "jangan terlalu cinta dunia" justru tidak melihat realitas di sekitar mereka. Ketika ada orang kaya yang bekerja keras untuk mengembangkan usahanya, bukan berarti mereka serakah atau tidak bersyukur. Sebaliknya, mereka mungkin sedang berupaya membuka peluang lebih besar untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun