Banyak orang memahami dakwah Islam hanya sebagai ajakan untuk memeluk agama ini. Namun, sejarah menunjukkan bahwa misi awal Nabi Muhammad lebih kompleks daripada itu. Nabi tidak langsung menyampaikan hukum-hukum agama secara mendetail, melainkan lebih dahulu membangun moralitas dan pola pikir umat yang menjadi fondasi bagi pemahaman mereka terhadap Islam.
Mengapa Taraf Berpikir Itu Penting?
Pemahaman agama membutuhkan akal sehat dan hati yang terbuka. Tanpa pola pikir yang baik, seseorang berisiko salah mengartikan ajaran agama, bahkan menyalahgunakannya. Nabi Muhammad memahami bahwa manusia yang terjebak dalam pola pikir sempit dan kebiasaan buruk tidak akan mampu menerima kebenaran agama secara utuh.
Dakwah Nabi Muhammad: Fondasi Moral dan Akal Sehat
Pada masa Jahiliyah, masyarakat Arab memiliki banyak kebiasaan buruk yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Nabi Muhammad memulai misinya dengan fokus pada peningkatan moralitas dan akal sehat. Beberapa pendekatan beliau antara lain:
1. Membangun Keadilan Sosial: Nabi menyerukan penghapusan kezaliman, seperti diskriminasi terhadap perempuan dan anak-anak.
2. Menanamkan Nilai Empati: Nabi menekankan pentingnya memperhatikan kaum lemah, seperti fakir miskin dan anak yatim.
3. Mendorong Berpikir Kritis: Nabi sering mengajak umat merenungi ciptaan Allah sebagai bukti kebesaran-Nya.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa dakwah beliau adalah proses bertahap yang dimulai dengan membenahi perilaku dan cara berpikir masyarakat sebelum memperkenalkan ajaran Islam secara mendalam.
Islam dan Akal Sehat: Sebuah Keseimbangan