Privasi adalah hal penting dalam hubungan orang tua dan anak. Meski kepedulian adalah bentuk kasih sayang, ada kalanya tindakan orang tua melewati batas sehingga membuat anak merasa tidak dihargai. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa terjadi tanpa disadari, terutama ketika orang tua mengabaikan ruang pribadi anak.
Contoh Kasus
Seorang anak menyimpan penghargaan berupa medali yang ia dapatkan dari sekolah, diletakan di kamar mandi pribadinya, yang berada di dalam kamar tidurnya. Ketika orang tua melihat medali itu, mereka bertanya alasannya.Â
Anak menjelaskan bahwa ia merasa penghargaan itu tidak sepenuhnya layak diterimanya dan memilih menyimpan medali tersebut di tempat yang menurutnya pantas.
Namun, orang tua terus menanyakan alasanya dan jawaban anak masih sama. Orang tua yang ingin tau akhirnya perlu memastikan masalah ini dengan menghubungi guru di sekolah. Ketika anak mengetahui tindakan ini, ia merasa kecewa dan marah, karena menganggap orang tuanya tidak menghargai pendapatnya dan melanggar privasinya.
Mengapa Ini Masalah?
Meski niat orang tua baik, tindakan langsung seperti menghubungi guru tanpa berdiskusi lebih dalam dengan anak adalah bentuk intervensi yang melanggar batas privasi. Anak mungkin merasa:
- Haknya untuk memutuskan sesuatu diabaikan.
- Orang tua tidak mempercayai penilaiannya.
- Ruang pribadinya, baik secara fisik maupun emosional, tidak dihormati.
Jika situasi seperti ini terus berulang, anak bisa kehilangan rasa percaya kepada orang tua dan enggan berbagi cerita di masa depan.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Untuk membangun hubungan yang sehat dan menghormati privasi anak, orang tua bisa mencoba langkah berikut: