Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Asal usul Konflik: Ketika Hutan Berubah Menjadi Peradaban

23 November 2024   14:39 Diperbarui: 23 November 2024   18:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari : antaranews.com (19/6/2020). (ANTARA/Dokumentasi Warga Lembang/Yanti)

Dahulu, bumi ini dipenuhi oleh hutan, padang rumput, dan ekosistem alami lainnya. Kehidupan flora dan fauna berkembang bebas tanpa batasan, menciptakan keseimbangan alam yang terjaga selama jutaan tahun. Namun, dengan hadirnya manusia dan pembangunan peradaban, wajah bumi berubah drastis. Hutan yang lebat digantikan oleh gedung-gedung tinggi, jalanan aspal, dan pemukiman yang terus meluas. Tak jarang, perubahan ini memicu konflik antara manusia dan satwa liar, seperti hewan yang masuk ke pemukiman atau menyerang manusia.

Timbul pertanyaan: "Siapa yang salah?" Apakah hewan yang dianggap "mengganggu" manusia, atau manusia yang mengubah habitat mereka?

Asal-Usul Konflik: Dari Hutan ke Kota

Sebelum ada peradaban manusia, bumi adalah rumah bagi berbagai makhluk hidup, termasuk hewan liar. Namun, manusia memiliki naluri untuk bertahan hidup dan menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi mereka sendiri. Dengan menebang hutan, membuka lahan untuk pertanian, dan membangun kota, manusia menciptakan ruang hidup baru. Proses ini sering kali terjadi tanpa memikirkan dampaknya terhadap hewan yang sebelumnya tinggal di wilayah tersebut.

Hewan yang masuk ke pemukiman manusia, seperti ular, monyet, atau bahkan macan, bukan sekadar "mengganggu." Mereka hanya mencari makanan, tempat tinggal, atau jalan yang dulunya bagian dari habitat mereka. Dengan kata lain, konflik ini adalah hasil dari pembangunan yang tidak sepenuhnya memperhitungkan keseimbangan ekosistem.

Manusia dan Hewan: Kebutuhan yang Sama, Hak yang Sama

Manusia dan hewan sama-sama membutuhkan tempat tinggal untuk bertahan hidup. Ketika habitat hewan dihancurkan atau tergantikan oleh kota, mereka kehilangan tempat berlindung, sumber makanan, dan jalur migrasi. Namun, di sisi lain, manusia juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Mereka membangun pemukiman karena kebutuhan untuk bertahan hidup, bekerja, dan berkembang.

Yang perlu dipahami adalah bahwa konflik ini bukanlah kesalahan satu pihak saja. Manusia memiliki hak untuk membangun peradaban, tetapi tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam juga tidak bisa diabaikan.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Konflik manusia dan hewan ini sebenarnya dapat dikelola dengan langkah-langkah berikut:

1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan harus memperhitungkan dampak lingkungan, seperti menjaga kawasan hutan lindung, menciptakan ruang hijau di kota, dan melindungi jalur migrasi satwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun