Fenomena parkir liar di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya bukanlah hal yang baru. Hampir setiap hari kita melihat kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, diparkir sembarangan di pinggir jalan. Perilaku ini tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga mencerminkan masalah sosial yang lebih dalam. Apa sebenarnya akar masalah dari fenomena ini?
1. Kurangnya Penegakan Hukum
Parkir liar sering terjadi karena lemahnya penegakan hukum. Aturan sebenarnya sudah ada, tetapi pelaksanaannya tidak konsisten. Aparat terkadang memilih untuk menutup mata atau bahkan membiarkan pelanggaran ini terjadi karena berbagai alasan, termasuk kurangnya sumber daya untuk pengawasan atau adanya faktor korupsi kecil-kecilan, seperti pungutan liar dari oknum tertentu.
Ketika pelanggar tidak dihukum atau diberi sanksi yang tegas, mereka merasa bebas untuk mengulangi perbuatannya. Hal ini menciptakan efek domino, di mana orang lain pun mulai mengikuti karena melihat tidak ada konsekuensi nyata.
2. Minimnya Fasilitas Parkir yang Memadai
Kota-kota besar sering kali kekurangan fasilitas parkir yang cukup untuk menampung jumlah kendaraan yang terus meningkat. Banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau bahkan kawasan permukiman yang tidak menyediakan area parkir yang memadai. Akibatnya, pengendara memilih untuk parkir di pinggir jalan, meskipun itu melanggar aturan.
Masalah ini semakin parah dengan meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, sementara infrastruktur pendukung tidak berkembang secepat itu. Solusi seperti parkir bertingkat, area parkir khusus, atau integrasi transportasi umum sering kali hanya sebatas wacana.
3. Pembiaran Sosial oleh Masyarakat
Pembiaran sosial memainkan peran besar dalam memperkuat budaya parkir liar. Ketika satu orang memarkir kendaraannya sembarangan, orang lain cenderung mengabaikannya, menganggap itu bukan urusan mereka. Lama-kelamaan, perilaku ini dianggap wajar dan menjadi kebiasaan.
Masyarakat yang terjebak dalam sikap bystander effect ini sering kali tidak menyadari bahwa pembiaran tersebut turut berkontribusi pada masalah yang lebih besar, seperti kemacetan, kecelakaan, atau bahkan konflik antarwarga.