Mengapa Kita Jarang Mempertanyakan Keyakinan?
Salah satu poin penting yang juga perlu digarisbawahi adalah kecenderungan manusia untuk menerima begitu saja apa yang diajarkan sejak kecil. Di masyarakat seperti Indonesia, misalnya, mempertanyakan keyakinan atau norma sering kali dianggap tabu. Akibatnya, banyak orang yang:
1. Takut mempertanyakan doktrin karena takut dianggap melawan atau dikucilkan.
2. Percaya penuh pada otoritas, seperti tokoh agama, ilmuwan, atau pemimpin, tanpa memverifikasi informasi yang mereka sampaikan.
3. Enggan berpikir kritis karena malas atau merasa bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan.
Membuka Diri untuk Perspektif Baru
Meski berpikir bebas mungkin hanyalah ilusi, bukan berarti kita tidak bisa mencoba untuk memperluas cara pandang. Salah satu langkah awal adalah dengan berani mempertanyakan hal-hal yang sudah kita yakini dan membuka diri terhadap pandangan lain. Ini bukan berarti menolak keyakinan, melainkan mencari validasi dan pemahaman yang l ebih mendalam.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Ryu Hasan, otak manusia memang praktis, tetapi juga memiliki potensi besar untuk belajar, berubah, dan berkembang. Dengan cara ini, meskipun kita tidak sepenuhnya bebas, kita tetap bisa mengarahkan pikiran ke arah yang lebih terbuka dan rasional.
Kesimpulan
Berpikir bebas, jika dilihat dari sudut pandang neurosains, adalah sesuatu yang sulit diwujudkan karena otak kita dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pola asuh, pendidikan, budaya, dan lingkungan. Namun, menyadari keterbatasan ini adalah langkah pertama menuju pemikiran yang lebih kritis dan terbuka.
Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan keyakinan atau pandangan tertentu, melainkan untuk mendorong kita semua untuk lebih sadar tentang bagaimana otak kita bekerja dan bagaimana kita bisa membuka diri untuk belajar hal baru.