Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Pemahaman Agama yang Keliru Bisa Menghambat Kemajuan Masyarakat

4 November 2024   17:44 Diperbarui: 4 November 2024   17:44 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar demo 212 (Dari:utamanews.com)

Agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, memberikan panduan etis dan moral serta menawarkan makna spiritual. Namun, ketika pemahaman terhadap agama menjadi terlalu sempit atau disalahartikan, hal ini dapat menghambat kemampuan masyarakat untuk maju. Di Indonesia, sebagian umat Muslim berpegang pada pandangan yang cenderung menganggap dunia sebagai hal yang perlu dihindari karena fana dan menyesatkan. 

Akibatnya, fokus pada spiritualitas justru menggeser perhatian dari kebutuhan duniawi, seperti kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan keterampilan praktis lainnya.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri beberapa pemikiran yang dapat memengaruhi cara berpikir umat dan, pada akhirnya, berdampak pada perkembangan masyarakat.

1. Menganggap Dunia Hanya Sekedar Godaan

Banyak yang menyampaikan bahwa dunia adalah "sumber godaan" dan perlu dijauhi untuk menjaga kemurnian hati. Dalam ceramah-ceramah agama, kita sering mendengar anjuran untuk menjauh dari keinginan duniawi, bahkan jika itu termasuk mengejar pendidikan, pekerjaan, atau usaha untuk meraih kesuksesan ekonomi. Pemikiran ini sering dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa dunia fana dan hanya akhirat yang kekal.

Namun, pandangan ini berpotensi mengarah pada sikap apatis terhadap urusan dunia. Padahal, dalam Islam, konsep dunia dan akhirat sebenarnya berjalan beriringan. Allah memerintahkan manusia untuk beribadah sekaligus berperan sebagai khalifah di bumi, yang berarti turut serta dalam membangun peradaban. Oleh karena itu, mengabaikan dunia secara total sebenarnya bertentangan dengan konsep Islam yang mengajarkan keseimbangan dan tanggung jawab sosial.

2. Menyepelekan Kerja Keras dan Keahlian Duniawi

Beberapa ustaz juga mendorong jamaah untuk mengutamakan kedekatan dengan Allah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, kelancaran rezeki, atau kesuksesan di dunia. Dengan banyak membaca Al-Qur'an, berdzikir, salat lima waktu, dan amal-amal ibadah lainnya, mereka dijanjikan rezeki yang mudah dan kehidupan yang bahagia. Sementara kedekatan dengan Allah dan doa memang merupakan elemen penting dalam hidup seorang Muslim, anggapan bahwa rezeki dan kesuksesan akan datang tanpa kerja keras dapat mengakibatkan masyarakat kurang menghargai pentingnya usaha dan keterampilan.

Sebagai contoh, ada anggapan bahwa orang yang sukses pasti karena bakti kepada orang tuanya atau doa yang terus dipanjatkan. Hal ini menimbulkan pola pikir bahwa amal ibadah akan langsung dikonversi menjadi kemudahan hidup, sehingga aspek-aspek duniawi seperti kerja keras, ketekunan, pemikiran kritis, dan keahlian teknis kurang diperhatikan. Sikap ini berpotensi membuat umat menjadi pasif dan tidak kompetitif dalam menghadapi tantangan modern.

3. Menganggap Semua Masalah Dapat Diselesaikan dengan Ibadah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun