Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

UMR Rendah dan Lingkaran Setan: Bagaiamana Nutrisi Anak Berdampak pada Masa Depan Bangsa

2 November 2024   14:12 Diperbarui: 2 November 2024   14:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: kompas.id (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup warganya. Dengan upah minimum regional (UMR) yang tergolong rendah, banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, apalagi menyisihkan uang untuk membeli properti seperti rumah. Faktanya, harga rumah terus melambung tinggi, sementara UMR yang ada membuat banyak pekerja harus bekerja keras bertahun-tahun hanya untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Akibatnya, masyarakat lebih memilih untuk berhemat ketat, termasuk dalam hal konsumsi makanan, demi bisa menabung untuk masa depan.

Namun, pilihan untuk berhemat sering kali berdampak pada pola konsumsi makanan yang kurang bergizi. Banyak keluarga terpaksa mengandalkan bahan pangan murah yang rendah kandungan nutrisinya. Misalnya, makanan seperti bakso dengan harga murah atau bahan pokok seperti kecap dan saus berkualitas rendah sering menjadi pilihan. Ketika nutrisi anak diabaikan, mereka menjadi rentan terhadap masalah stunting atau kekurangan gizi kronis. Hal ini tentu mempengaruhi perkembangan fisik dan otak anak, yang pada akhirnya berdampak pada kemampuan berpikir mereka.

Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi kurang gizi sering kali mengalami kesulitan dalam belajar dan berpikir kritis. Mereka cenderung lebih pasif dan kurang memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi atau menganalisa peluang. Pola pikir yang terbentuk ini kemudian menciptakan lingkaran kemiskinan baru. Ketika generasi muda tidak mampu berpikir kritis atau menganalisa kesempatan, mereka akan lebih sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan. Lingkaran ini terus berlanjut, menciptakan generasi baru yang tumbuh dengan pola pikir yang cenderung menyerah pada keadaan.

Budaya malas berpikir ini juga berdampak pada aspek sosial. Masyarakat menjadi kurang peduli pada hal-hal yang sebenarnya bisa meningkatkan kualitas hidup mereka. Contohnya, kebiasaan membuang sampah sembarangan atau enggan belajar hal-hal baru. Ini diperparah ketika mereka dengan pendidikan rendah enggan membaca atau mencari informasi yang bisa memperbaiki kualitas hidup mereka. Akibatnya, kemiskinan terus menjadi masalah yang sulit diatasi di Indonesia.

Untuk memutus rantai ini, dibutuhkan langkah konkret dari pemerintah. Program makanan bergizi gratis bagi anak sekolah, seperti yang digagas oleh Pak Prabowo, merupakan langkah awal yang sangat baik. Dengan memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup di sekolah, kita bisa membantu mereka tumbuh dengan otak yang sehat dan kemampuan berpikir yang lebih baik. Pendidikan bukan hanya soal kurikulum atau kompetensi guru, tetapi juga dimulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk gizi yang memadai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun